Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Civitas Hospitalia RSUP Dr. Sardjito Hadiri Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila “Saya Indonesia, Saya Pancasila”

YOGYAKARTA – Segenap civitas hospitalia RSUP Dr. Sardjito mengikuti upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di halaman Gedung Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr. Sardjito, Kamis (1/6) yang dipimpin oleh Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito, dr. Mochammad Syafak Hanung, Sp.A, MPH. Sesuai dengan Keputusan Presiden No 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahir Pancasila, Presiden Joko Widodo telah menetapkan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni sebagai hari libur nasional. Tahun ini merupakan tanggal merah pertama peringatan Hari Lahir Pancasila yang ke-72. Upacara ini merupakan wujud komitmen kita agar lebih mendalami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila merupakan hasil dari satu kesatuan proses yang dimulai dengan rumusan Pancasila tanggal 1 Juni 1945 yang dipidatokan lr. Sukarno, Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, dan rumusan final Pancasila tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila adalah jiwa besar para founding fathers, para ulama dan pejuang kemerdekaan dari seluruh pelosok Nusantara sehingga kita bisa membangun kesepakatan bangsa yang mempersatukan kita. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari keberagaman etnis, bahasa, adat istiadat, agama, kepercayaan dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang apabila diterjemahkan per kata, kata Bhinneka berarti “beraneka ragam” atau berbeda-beda, kata Tunggal berarti “satu” dan Ika berarti “itu” sehingga secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.

Namun kini, kehidupan berbangsa dan bernegara kita sedang mengalami berbagai tantangan. Kebinekaan kita sedang diuji. Hilangnya manusia yang ber-“Ketuhanan Yang Maha Esa” dengan munculnya sikap intoleran yang mengusung ideologi selain Pancasila dan diperparah oleh penyalahgunaan media sosial melalui penyebaran hoax alias kabar bohong. Hal ini tentu bertentangan dengan nilai ketuhanan yang mengakui kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama serta tidak melakukan paksaan maupun berlaku deskriminatif antar umat beragama. Langkanya “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” tercermin dalam penegakan hukum di negara Indonesia dimana kita dihadapkan pada ketidakadilan hukum yang berlaku di Indonesia yang terkesan seperti pisau, tajam ke bawah akan tetapi tumpul ke atas.

Bangsa Indonesia bersatu padu dalam membangun dan membina rasa persatuan dan nasionalisme dalam keberagaman/keanekaragaman Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun demikian, adanya gerakan separatisme yang timbul dari kelompok tertentu menjadi salah satu bukti dari retaknya “Persatuan Indonesia”. Tidak adanya “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawatan dan Perwakilan” tercermin dari pengambilan keputusan sepihak oleh pihak yang memiliki kepentingan tertentu dengan tidak mempertimbangkan secara musyawarah mufakat dan semangat gotong royong yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Mimpi Indonesia tentang “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah maupun batiniah harus terus kita perjuangkan bersama seiring dengan meningkatnya ketimpangan sosial yang terjadi di berbagai daerah dimana kondisi Indonesia saat ini masih jauh dari kata sejahtera.

Dengan kembali kepada Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai NKRI dan Bhinneka Tunggal lka, kita bisa terhindar dari berbagai permasalahan tersebut. Kita bisa hidup rukun dan bergotong royong untuk memajukan negeri. Dengan Pancasila, lndonesia adalah harapan dan rujukan masyarakat internasional untuk membangun dunia yang damai, adil dan makmur di tengah kemajemukan. Sebagai bangsa Indonesia, mari kita bersatu untuk berperan aktif menggapai cita-cita bangsa dengan menyatukan hati, pikiran dan tenaga dalam menjaga dasar negara kita bersama, Pancasila. Pemahaman dan pengamalan Pancasila dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus terus ditingkatkan. Tidak ada pilihan lain kecuali kita harus kembali ke jati diri sebagai bangsa yang santun, berjiwa gotong royong dan toleran untuk menjadikan lndonesia sebagai bangsa yang adil, makmur dan bermartabat di mata internasional.

Sekali lagi, mari kita jaga perdamaian, jaga persatuan, dan jaga persaudaraan di antara kita. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang bersikap santun, saling menghormati, saling toleran, dan saling membantu untuk kepentingan berbangsa dan bernegara. Mari kita saling bahu-membahu, bergotong royong demi kemajuan lndonesia. Selamat Hari Lahir Pancasila. Kita lndonesia, Kita Pancasila. Semua Anda lndonesia, semua Anda Pancasila. Saya lndonesia, saya Pancasila. (MYLE)

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.