Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Perawatan Luka Modern di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta

Perawatan Luka Modern di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta

PENDAHULUAN

Dengan semakin kompleksnya kasus rujukan pasien ke RSUP Dr.Sardjito yang disertai dengan komplikasi luka kompleks seperti fistula enterokutaneus, dehisensi, pressure ulcer, ekstravasasi, iritasi yang luas pada kasus stoma pediatric ataupun luka bakar, perawatan luka pun berkembang sejak 3 (tiga) perawat RSUP Dr.Sardjito mendapatkan sertifikasi Internasional Enterostomal Therapy Nurse (ETN) dari World Council of Enterostomal Therapy (WCET, 2007) yang merupakan badan tertinggi dunia untuk bidang keilmuan perawatan Luka, Stoma dan Inkontinensia.

Perawatan luka dikembangkan dengan tehnik modern sesuai standart Internasional yaitu perawatan luka berbasis lembab atau “moist wound healing dan moist wound dressing” yang didukung dengan telah tersedianya jenis jenis dressing modern berbasis lembab untuk hasil penyembuhan luka yang optimal, baik dilihat dari kualitas integritas jaringan, waktu proses penyembuhan, peningkatan quality of life dan patient safety dengan memperhatikan kendali mutu dan kendali biaya.

Bagaimana  Moist Wound Healing ?

Moist wound healing merupakan suatu metode yang mempertahankan lingkungan luka tetap terjaga kelembabannya untuk memfasilitasi penyembuhan luka. Luka lembab dapat diciptakan dengan cara occlusive dressing (perawatan luka tertutup). Metode “moist wound healing” ini sudah mulai dikenalkan oleh Prof. Winter pada tahun 1962. Di Indonesia mulai dikembangkan pada tahun 2000 an.

Ada perbedaan mendasar antara perawatan luka konvensional dengan perawatan luka modern. Di dalam teknik perawatan luka  konvensional tidak mengenal perawatan luka lembab, kasa biasanya lengket pada luka karena luka dalam kondisi kering. Pada cara konvensional pertumbuhan jaringan lambat sehingga menyebabkan tingkat risiko infeksi lebih tinggi.

Sedangkan teknik modern atau moist wound healing, perawatan luka lembab sehingga area luka tidak kering sehingga mengakibatkan kasa tidak mengalami lengket pada luka. Dengan adanya kelembaban tersebut dapat memicu petumbuhan jaringan lebih cepat dan tingkat risiko terjadinya infeksi menjadi rendah.

Perawatan RSUP Dr. Sardjito menggunakan metode untuk mempertahankan kelembaban lingkungan luka, dimulai dengan wound bed preparation menggunakan metode TIME untuk mendapatkan jaringan luka yang sehat berwarna merah/red. TIME merupakan singkatan dari :

(T)Tissue adalah tissue management dengan debridement jaringan nekrotik untuk menjadikan dasar luka menjadi sehat berwarna merah (Red Yellow Black),

(I)Infection/Inflamasi adalah pengendalian infeksi dengan PHMB antiseptik pencuci luka dan antimicrobial dressing untuk mengontrol infeksinya,

(M)Moisture adalah moisture balance dengan absorb dressing untuk menyerap eksudat, atau melakukan hidrasi untuk luka yang kering sehingga didapatkan keseimbangan kelembaban,

(E)Edge of wound dengan mengevaluasi epitelisasi pada tepi luka. Tepi luka yang keras dan kering akan menghambat proses epitelisasi dalam penyembuhan luka. Sehingga tepi luka harus disiapkan sejak dini. Luka yang sehat ditandai dengan adanya epitelisasi pada tepi luka, bila dalam 2-4 minggu tidak ada kemajuan tepi luka dilakukan reassessment untuk TIM.

Pada luka delay healing dikelola secara multidisiplin dengan adjuvant therapy menggunakan Vaccum Assisted Closure (VAC) atau Platelette Rich Plasma (PRP)

Pemilihan Moist Wound Dressing

Dalam pemilihan jenis dressing untuk tetap menjaga suasana lembab berdasarkan warna dasar luka (wound bed) dengan menggunakan algoritma sebagai berikut:

  • Luka dengan warna dasar Red/merah merupakan jaringan epitelisasi/granulasi prinsip perawatannya moisture retentive dressing untuk menjaga kelembaban
  • Luka dengan warna dasar Yellow/kuning merupakan jaringan slough berexudate prinsip perawatanya exudate management dengan dressing absorband.
  • Luka dengan warna dasar Black/hitam merupakan jaringan nekrotik avaskuler prinsip perawatannya wound hydration dressing dengan hydroavtive gel yang memberikan kelembaban.
  • Luka dengan tanda tanda terinfeksi warna kehijauan dengan menggunakan antimicrobial dressing/hidrofobik dressing untuk mengontrol infeksi .

 

HASIL

Perawatan luka berbasis lembab (moist wound healing) meningkatkan epitelisasi, angka infeksi  lebih rendah dibandingkan dengan perawatan kering (2,6% vs 7,1%), proses penyembuhan luka menjadi lebih cepat dan waktu rawat inap pasien/Length of Stay (LOS) menjadi lebih pendek.

 

 

 

Kontributor :   Lucia Anik Purwaningsih Skep.,Ns.,M.Kep (ETN) dan Unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSUP Dr Sardjito Yogyakarta

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

  1. Sood, et al. 2014. Wound Dressing and Comparative Effectiveness Data. Advances in Wound Care Journal, vvol 3, number 8. Wound Healing Society
  2. Baranoski & Ayello. 2012. Wound Care Essensials Practice Principles. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia
  3. Blackly 2004. Practical Stoma, Wound and Continence Management, Second Editon. Research Publication Pty Ltd 27A Boronia Road, Vermont, Victoria, Australia
  4. Bryant R & Nic D. 2007. Acut and Chronic Wounds, Current Management Concepts, Third Edition, Msby, Inc un affiliateof Elsevier Inc. Philadelphia
  5. Carville K, 1998. Wound Care Manual, Third Edition, Copyright Silver Chain Foundation, Sundercombe St. Osborne Park, Western, Australia.
  6. Dealy C, 2007, The Care of Wounds, A quide for Nurses, Third Edition, Blackwell Publishing Ltd, British, USA, Australia, Hong Kong
  7. Nixon J cit Marison MJ, Ovington LG, Wilkie K 2004, Chronic Wound Care, A Problem – Based Learning, Approach chapter Pressure Ulcer, Copyright, Licencing Agency, 90 Tottenham Courd Road, London
Author Info

Promkes Sardjito

Unit Promosi Kesehatan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.