Pemeriksaan kolonoskopi adalah pemeriksaan usus besar dengan menggunakan tehnologi alat teropong berbentuk seperti selang panjang warna hitam (diameter: 11,3-11,6 mm) yang lentur berkamera video dengan panjang sekitar 160 cm. Alat ini dimasukkan lewat dubur dan dapat memperlihatkan gambaran yang ada dan sedang terjadi di dalam usus besar melalui layar monitor televisi. Karena ukuran yang panjang dan masuk dubur sering menimbulkan persepsi negatif bagi pasien….”pasti sakit nih!?”.
Ada dua metode dasar pemeriksaan kolonoskopi terkait media pembuka jalan visualisasi usus besar, yaitu yang standar dan sudah umum dipakai adalah dengan media semprotan udara. Metode yang lain adalah dengan menggunakan semprotan air yang semakin populer di dunia dan tidak hanya sebagai cara mendiagnosis penyakit di usus besar tetapi juga pengambilan polip usus. Kelebihan dari kolonoskopi dengan media perantara air ini adalah dapat membuat pasien yang menjalani pemeriksaan kolonoskopi tanpa pembiusan tidak merasakan nyeri atau hanya terasa sakit ringan saja dibandingkan apabila dilakukan dengan kolonoskopi dengan perantara udara.
Pada tahun 2010 di RSUP Dr. Sardjito Divisi Gastrohepatologi (KSM Penyakit Dalam) telah melakukan penelitian kolonoskopi dengan metode perantara air ini, dimana menjadi penelitian pertama di dunia yang menggunakan perantara air suhu kamar (penelitian-penelitian di dunia sebelumnya menggunakan perantara air yang dihangatkan ) dan juga menjadi penelitian pertama di Asia pada pasien tanpa pembiusan yang berjalan tuntas. Penelitian kami tersebut membuktikan bahwa dengan perantara air dapat mengurangi sensasi nyeri saat kolonoskopi tanpa pembiusan dibandingkan kolonoskopi standar dengan perantara udara, dan penelitian itu mendapat penghargaan Presidential Poster Award 2012 saat presentasi di ACG Meeting2012 di Las Vegas, Amerika Serikat. Penelitian ini kami lanjutkan dengan dua penelitian berikutnya yang membuktikan bahwa tingkat kecepatan air berpengaruh terhadap keberhasilan kolonoskopi dengan perantara air (2018), sementara posisi awal pasien saat kolonoskop masuk dubur tidak berpengaruh (2020).
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta menjadi satu-satunya rumah sakit di belahan selatan bumi yang melakukan riset dan ikut mengembangkan metode kolonoskopi dengan perantara air ini serta ikut menyusun konsensus internasional serta survei internasional terkait kolonoskopi dengan perantara air. Ikut serta berpartisipasi mendirikan paguyuban internasional peneliti endoskopi dengan perantara air yaitu I-WATERS (International Water-assisted Technique Endoscopy Research Society).
Kelebihan pemeriksaan kolonoskopi tanpa sedasi (pembiusan),adalah pasien rawat jalan , bisa datang sendiri tanpa diantar, saat dilakukan pemeriksaan kolonoskopi pasien pada posisi berbaring dapat berkomunikasi dengan dokter yang melakukan kolonoskopi, dan bisa ikut menyaksikan situasi dalam usus besarnya saat dilakukan kolonoskopi maupun tindakan-tindakan terapi seperti pengambilan polip (polipektomi) yang dilakukan, melalui layar monitor di hadapannya, serta relatif berbiaya rendah. Setelah selesai pemeriksaan, pasien bisa langsung pulang dan bekerja kembali tanpa jeda waktu pemulihan. Yang sering membuat was-was pasien adalah risiko terjadinya rasa sakit berat saat kolonoskopi dilakukan apabila tidak dilakukan pembiusan.
Berdasar hasil penelitian kami dan juga di negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Eropah, menunjukkan bahwa dengan mengganti perantara udara dengan air sebagai perantara pemeriksaan kolonoskopi bisa mengurangi nyeri pasien sangat bermakna hingga setara nyeri ringan (mulas-mulas ringan), bahkan bisa tanpa nyeri serta waktu pemeriksaan singkat sekitar 10-15 menit. Ada pernyataan pasien-pasien setelah tindakan kolonoskopi dengan perantara air yang kami lakukan, seperti : “mules-mules ringan saja dok”; “kok santai ya dok”; “lebih sakit melahirkan kok dok”. Namun demikian apakah tetap ada risiko sakit sekali? . Kemungkinan seperti itu selalu ada, terutama apabila ditemukan kelainan-kelainan khusus terkait bentuk alur usus besar yang berbeda dengan biasanya , seperti terlalu berkelok-kelok tajam (hiperangulasi, redundancy), atau riwayat perlengketan usus pasca operasi. Dalam kondisi seperti ini akan diupayakan untuk dilakukan manuver-manuver dengan hati-hati sehingga kolonoskopi dengan perantara air tetap bisa mencapai targetnya yaitu pangkal usus besarnya yang disebut cecum dan ileum dengan meminimalisir sensasi rasa nyeri.
Kolonoskopi dengan perantara air terbukti berdasar penelitian-penelitian mampu meningkatkan deteksi polip-polip yang berisiko jadi kanker usus besar lebih baik dibandingkan dengan kolonoskopi dengan perantara udara bahkan kolonoskopi tanpa pembiusan juga kemampuan deteksi polipnya lebih baik dibandingkan kolonoskopi dengan pembiusan total, karena pada kondisi sadar tanpa pembiusan pasien masih bisa diminta berubah-ubah posisi yang juga akan mempermudah pemeriksaan kolonoskopi dan deteksi polip. Kolonoskopi dengan perantara air tanpa sedasi dapat menjadi pilihan utama untuk pasien-pasien yang menginginkan atau perlu dilakukan skrining kanker usus besar (colorectal cancer screening), khususnya pada orang-orang dengan riwayat keluarga ditemukan polip adenomatosa (risiko jadi kanker) atau kanker pada usus besar.
Dengan demikian, kolonoskopi dengan perantara air bisa menjadi pilihan pada kolonoskopi tanpa pembiusan karena bisa mengurangi risiko rasa nyeri saat kolonoskopi, meningkatkan deteksi polip-polip kolon lebih baik dibanding dengan pembiusan, pasien bisa langsung beraktivitas kembali setelah kolonoskopi dan di RSUP Dr. Sardjito biaya pemeriksaan kolonoskopi dengan perantara air tanpa pembiusan tak berbeda dengan kolonoskopi standar dengan perantara udara tanpa pembiusan.