Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Pilu Palu, RSUP Dr Sardjito Membantu

Sardjitonews – Lobby rawat jalan RSUP Dr Sardjito menjadi saksi akan sebuah tekat untuk mengabdi bagi kemanusiaan. Rabu malam, 3 Oktober 2018 tepat pukul 19.30 WIB, Direktur Utama RSUP Dr Sardjito Dr.dr.Darwito, SH, SpB(K)Onk melepas keberangkatan 22 personil tim medis kemanusiaan untuk membantu korban pada musibah gempa dan tsunami di Palu-Donggala. Tim kemanusiaan ini terdiri dari personil yang lengkap dan berbeda bidang kerjanya. Tim tersebut terdiri dari dokter spesialis orthopedi, anestesi, penyakit dalam, anak, dokter umum, teknisi, sanitasi lingkungan, dan tenaga sterilisasi serta juru masak.

“Kami siap menolong, dan tim ini didesain untuk siap mandiri tanpa merepotkan masyarakat yang terkena musibah sehingga personilnya lengkap”, ungkap ketua tim medis dr. Birowo,Sp.An sebelum berangkat.

Direktur Utama RSUP Dr Sardjito menegaskan bahwa tim medis ini sebagai bentuk dukungan nyata kepada pemerintah dalam menangani bencana alam di Indonesia.

“Kami rumah sakit pemerintah di bawah Kemenkes, dalam menjalankan misi kemanusiaan tetap berkoordinasi dengan Kemenkes,” terangnya

Tim medis ini, lanjut Darwito memiliki logistik dan tenda tersendiri sehingga RSUP Sardjito secara khusus bisa hadir di Palu.

“Kita rumah sakit pindah ke sana. Untuk persiapan, kita punya suatu logistik, dalam arti logistik secara keseluruhan baik logistik medis maupun logistik untuk keperluan pribadi, rumah sakit sini sudah siap dengan tenda dan yang lainnya. Ini dikoordinir oleh Kemenkes,” imbuhnya.

Untuk lama penugasan, Darwito menyebut minimal satu minggu akan berada di sana.

“Untuk tim berikutnya, akan melihat kebutuhan yang di sana. Harapan untuk tim medis, bisa selamat dan bisa mengabdikan untuk saudara-saudara kita yang terkena musibah,” tutupnya.

Tepat pukul 20.00, tim berangkat melalui Bandara Adisutjipto menuju Soekarno Hatta dan pagi harinya dilanjutkan ke Balikpapan. Selanjutnya, dari Balikpapan dengan koordinasi TNI, tim diangkut menggunakan pesawat hercules. Maklum saja, hal ini dilakukan karena di samping sulitnya transportasi penerbangan ke Palu saat itu, logistik yang dibawa tim medis sejumlah 1.150 kg atau satu ton lebih. Kamis siang, tim medis mendarat dengan selamat di Palu. Penugasan awal tim medis ditempatkan di RS Bhayangkara yang mengalami lumpuh akibat bencana.

Pertama kali datang di RS Bhayangkara, terlihat kondisi masih agak berantakan akibat lalu lalang masyarakat mencari kabar keberadaan keluarganya. Ditambah bau menyengat bekas jenazah karena penangan jenazah korban tsunami dipusatkan di RS Bhayangkara. Lebih dari 800 jenazah ditangani pasca bencana melanda.

“Tim kita bekerja untuk membersihkan berbagai sampah yang berserak, melakukan disinfektan berulangkali dan menyiapkan ruang operasi serta tempat ruang perawatan agar RS Bhayangkara dapat melakukan pelayanan kesehatan kembali,” kenang dr.Birowo,Sp.An

Sementara itu, tim spesialis penyakit dalam banyak menangani pasien disentri dan malaria serta berbagai penyakit lainnya. Sisi lain spesialis anak, di hari terakhir pengabdian masih menangani 5 pasien dengan kondisi penyakit infeksi seperti diare dan ISPA. Pasien yang dirawat hari-hari sebelumnya sudah banyak yang dipulangkan.

Kondisi peralatan medis di RS Bhayangkara sendiri sebenarnya sudah cukup lengkap, bahkan alat untuk resus neonatus sudah tersedia. Sementara obat-obatan terutama injeksi antibiotik belum bisa didapatkan saat tim tiba. Beruntung obat-obatan dari RS Sardjito cukup lengkap dibawa. Adapun kunjungan rawat jalan kian hari kian bertambah, rata-rata 20-30 kunjungan.

Sisi lain, spesialis bedah saraf telah melakukan perawatan terhadap 6 pasien dan 1 pasien telah selesai dioperasi. Namun demikian, lain halnya untuk spesialis bedah ortopedi, target pasien saat tim berangkat hanya 20 pasien, dan selama satu minggu di lokasi bencana, tim bedah orthopedi sudah menangani 25 pasien baik operasi maupun non operasi. Sementara 5 pasien dioperasi di RS Torabelo Sigi oleh tim bedah.

“Kondisinya berbeda dengan di Lombok, karena penempatan tim bukan di RS Utama, dan tim harus menjemput pasien untuk diperiksa di RS Bhayangkara,” jelas dr. Tejo Rukmoyo,Sp.Ot(K) yang dalam setiap bencana selalu ringan hati hadir memberi pertolongan. Sebelum tim ditarik kembali ke Jogja, tim medis berkoordinasi dengan petugas RS Bhayangkara untuk pasien perawatan pasca operasi, terutama penerapan antibiotik, perawatan mobilisasi pasca operasi, penggunaan alat bantu krek untuk pasien, sampai melakukan rehabilitasi pasien terlebih dahulu.

Cerita menarik lainnya datang dari personil sterilisasi yang tergabung dalam tim kemanusiaan, sebut saja namanya pak Marsum, ia berhasil menghidupkan kembali alat autoclave yang sempat teronggok di RS Bhayangkara, bahkan sudah melakukan training staff di RS Bhayangkara serta membuatkan SPO atas penggunaan alat sterilisasi tersebut.

Sedikit menengok kondisi rawat darurat RS Bhayangkara, rekapitulasi pelayanan di IGD sejumlah 150 pasien, tindakan yang sudah di operasi di RS Bhayangkara 22 pasien. Cukup tinggi minat masyarakat untuk berobat setelah mengetahui tim dari RSUP Dr Sardjito stand by di sana.

Kisah getir diceritakan oleh ketua tim, dr. Birowo,Sp.An yang memaparkan bahwa saat tim kemanusiaan datang hampir tidak ada pelayanam kecuali UGD di RS Bhayangkara. Itupun oleh relawan tidak terkoordinir dengan baik. Poliklinik, ruang perawatan, kamar operasi, layanan penunjang hampir semua tidak berfungsi atau tidak ada yang memfungsikan. Dengan giat, team sanitasi bahu membahu membersihkan dan merapikan terutama kamar operasi sehingga 4 jam kemudian sudah bisa operasi meski masih ada bau menyengat di UGD.

Untuk mengatasi bau tersebut, peran personil sanitasi pak Ali namanya, cukup menggetarkan. Ia menceritakan bahwa dua hari setelah kedatangannya bersama tim harus ‘babat alas’ seluruh tim karena tidak ada aktifitas dan karyawan kosong, tidak tahu keberadaannya. Sanitasi lingkungan menargetkan beberapa hal antara lain menyiapkan ruang kamar operasi sejumlah dua ruangan dalam kondisi steril baik udara maupun lalat mengingat banyaknya lalat saat itu, penyediaan air bersih harus mengalir, pengendalian lalat yang luar biasa banyak, pengendalian bau bekas mayat baik di kamar jenazah maupun sepanjang jalan dan koridor rumah sakit, pengelolaan sampah medis dan non medis, dan kebersihan lantai dan lingkungan.

Selain target tersebut, sanitasi juga menyiapkan ruang ICU agar steril dan menyiapkan ruang perawatan dalam kondisi steril udara menggunakan bahan desinfektan hexaquart.

“Prinsipnya, kehadiran kami untuk mengendalikan air, udara, dan tanah agar ketiganya sehat,” papar Ali dengan senyum khasnya.

Kendala yang muncul, lanjut Ali bahwa tidak adanya bahan desinfektan lalat. Selain itu air bersih yang tidak ada fasilitasnya untuk pemberian desinfektan serta penanganan bau yang kurang cepat paparnya. Namun demikian, ia puas dengan hasil pengabdiannya walau sehari-hari hanya makan nasi dengan ikan asin dan kadang-kadang mie rebus ini. (BHN)

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.