Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Risiko Gangguan Mata Penyandang Hipertensi

Hipertensi merupakan gangguan kardiovaskuler paling umum ditemui dan komplikasinya dapat mengenai berbagai organ termasuk mata. Secara keseluruhan, sekitar 20% orang dewasa di dunia diperkirakan memiliki hipertensi (bila hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah melebihi 140/190 mmHg). Prevalensi tersebut secara drastis meningkat pada pasien yang berusia lebih dari 60 tahun dan di banyak negara, 50% individu dalam kelompok usia ini memiliki hipertensi. Di seluruh dunia, sekitar 1 miliar orang memiliki hipertensi, berkontribusi lebih dari 7,1  juta kematian per tahun. Pada tekanan 115/75 mmHg, risiko penyakit kardiovaskular meningkat 2 kali lipat setiap kenaikkan 20/10 mmHg. Individu yang normotensif (sistolik<120 mmHg; diastolic<80 mmHg) pada usia 55 tahun akan memiliki resiko 90% untuk terjadi  hipertensi di usia tuanya. Persentase pasien yang melakukan pengobatan hipertensi meningkat dari 35% menjadi 79% selama periode dari tahun 1960-an sampai 1990-an.

Katarak merupakakn penyebab kebutaan nomor 1 di Indonesia. Katarak merupakan keadaan lensa mata yang keruh sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi kabur. Pada hubungannya dengan timbulnya katarak, tekanan darah diastolik yang tinggi pada usia lebih dari 60 tahun dapat meningkatkan risiko timbulnya katarak 1,49 kali dibanding dengan tekanan darah normal. Hipertensi menyebabkan perubahan transport membran sel dan permeabilitas ion yang pada akhirnya menyebabkan terbentuknya (formasi) katarak. Pada sebuah studi metanalisis tahun 2016, hipertensi secara signifikan meningkatkan risiko katarak berjenis subkapsularis posterior pada ras mongoloid maupun kaukasia. Faktor risiko lain timbulnya katarak antara lain usia tua, diabetes paparan sinar matahari yang berlebihan, merokok, obesitas, hipertensi, riwayat trauma atau peradangan pada mata, riwayat operasi mata, penggunaan obat steroid jangka panjang dan konsumsi alkohol berlebihan.

Penyakit retina akibat hipertensi (yang selanjutnya disebut dengan retinopati hipertensi) dapat diakibatkan dari efek akut hipertensi sistemik yaitu adanya penyempitan (vasospasme) pembuluh darah, dan efek kronis hipertensi yang menyebabkan terbentuknya arteriosklerosis. Hal tersebut dapat mengakibatkan adanya oklusi vascular dan makroaneurisma yang akan mengancam penglihatan. Sebuah  studi di Iran tahun 2016 menemukan retinopati hipertensi terjadi pada 39.9% pasien hipertensi dan tingginya tekanan darah. Adanya arteriosklerosis pada retinopati hipertensi disebabkan oleh tekanan darah yang meningkat secara kronis (sistolik>140 mmHg dan diastolik>90 mmHg). Hipertensi sekunder pada usia muda (akibat hiperaldosteronisme primer, sindromcushing, penyakit parenkim ginjal, apnea tidur obstruktif, hiperparatiroidisme, dan hipertiroidisme) dapat lebih parah dalam menyebabkan kehilangan penglihatan bilateral akibat ablasi macula serosa dan ablasi retina eksudatif.

Glaucoma adalah penyakit akibat kerusakan saraf mata yang mengakibatkan gangguan lapang pandang, salah satu faktor risikonya adalah peningkatan tekanan bola mata. Di Inggris dari sekitar 400.000 kasus glaucoma, seperlimanya diperkirakan mengalami hipertensi. Diagnose glaucoma lebih sering ditegakkan pada pasien bertekanan darah tinggi. Mekanismenya melalui modulasi transportasi natrium pada sel epitel corpus siliaris mata (yang terjadi juga pada ginjal), corpus siliaris ini adalah struktur yang berperan penting  dalam menghasilkan humor akuos (cairan pada bilik mata depan). Epitel corpus siliaris menghasilkan humor akuos melalui transport natrium, yang mengakibatkan peningkatan produksi humor akuos yang selanjutnya akan meningkatkan tekanan bola mata. Penyebab lain yang terkait adalah adanya disfungsional control kortikosteroid pada transportasi natrium yang merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi esensial. Hubungan antara glaucoma dan hipertensi salah satunya dapat terlihat pada adanya temuan retinopati hipertensi.

Edukasi yang baik kepada masyarakat sangat diperlukan karena adanya hubungan yang kuat antara hipertensi dan penyakit-penyakit mata yang mengancam penglihatan. Deteksi dini dan penanganan di fase awal penyakit dapat mengurangi beban penyakiit akibat kebutaan dan mengurangi biaya-biaya yang diperlukan untuk pengobatan.

Kontributor :

Prof. dr. Suhardjo, SU, Sp.M(K)

 

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.