Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Deteksi Dini Kanker Nasofaring

Banyak sekali masyarakat awam tidak mengetahui apa itu kanker nasofaring? Kanker nasofaring adalah keganasan epitel di daerah nasofaring yang merupakan kanker terbanyak berada di daerah kepala dan leher. Di Indonesia, kejadian kanker nasofaring semakin meningkat, dan saat ini menduduki peringkat ke-4 dari seluruh kanker. Kanker ini sering ditemukan pada pria dengan rasio 2-3:1 dibanding wanita dengan puncak usia 30-59 tahun.

Penyebab dari kanker nasofaring adalah multifaktor, antara lain faktor genetik, virus Epstein Barr (EBV) dan faktor lingkungan. Penyebab lain yang juga berkontribusi menyebabkan timbulnya kanker nasofarinh adalah makanan yang diawetkan (mengandung nitrosamin, formalin, butirat dll) sebagai contoh ikan yang diasinkan, merokok, paparan karsinogen baik kimiawi maupun radiasi serta radang saluran nafas yang berlangsung lama dan terus- menerus.

Oleh karena letak nasofaring tersembunyi dan berdekatan dengan organ lain seperti tuba eustachius (saluran yang menghubungkan hidung dengan telinga tengah), hidung, dan otak maka tidak ada gejala yang khas apabila seseorang menderita kanker nasofaring. Gejala yang muncul pada kanker nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 2 katagori, yaitu gejala awal dan gejala lanjut. Pada gejala awal terdiri dari gejala pada telinga dan hidung seperti telinga berdenging, penurunan pendengaran, nyeri telinga yang disebabkan oleh tumor yang menginfiltrasi tuba eustachius, serta hidung tersumbat yang progresif, epistaksis, dan/atau terdapat noda darah pada post-nasal discharge. Pada gejala lanjut terdiri atas gejala neurologis seperti mata juling (kelumpuhan saraf kranial III, IV,VI), sakit kepala kronik, wajah kebas serta pembesaran kelenjar leher tanpa disertai nyeri. Pasien umumnya datang pada stadium lanjut dengan 80% gejala pembesaran kelenjar di leher.

Pembesaran kelenjar leher yang disebabkan oleh kanker nasofaring sangat berbeda dengan kanker kelenjar getah bening (limfoma). Oleh karena itu, anamnesis dan pemeriksaan THT yang lengkap sangat dibutuhkan. Penegakkan diagnosis kanker nasofaring adalah biopsi nasofaring dengan bantuan nasoendoskopi sebagai gold standar bukan operasi pada benjolan leher. Pemeriksaan penunjang seperti rontgen thoraks, USG abdomen dan Bone Survey juga diperlukan untuk menentukan stadium kanker nasofaring. Terapi untuk kanker nasofaring stadium I dan II (stadium awal) adalah radioterapi sementara untuk stadium III dan IV (stadium lanjut) adalah kombinasi radioterapi dan kemoterapi.

Apabila anda mengalami keluhan tersebut di atas, segeralah memeriksaan kondisi kesehatan anda ke poliknik THT untuk dipastikan apakah anda menderita kanker nasofaring atau hanya infeksi saja karena prognosis kanker nasofaring sangat baik jika ditemukan pada stadium awal.

Kontributor :

Dr. dr. Camelia Herdini, M.Kes., Sp.T.H.T.K.L (K)., FICS

KSM THT RSUP Dr. Sardjito

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.