Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Mencegah Obesitas Sejak Dini

Indonesia adalah negara berkembang dimana bukan hanya masalah gizi buruk saja yang dihadapi, namun juga masalah obesitas mulai banyak ditemui pada masyarakat Indonesia terutama daerah perkotaan. Hal ini diakibatkan seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi, sehingga berubah pula gaya hidup masyarakat Indonesia baik anak-anak ataupun orang dewasa. Contohnya, permainan anak-anak jaman tahun 1990an atau sebelumnya lebih banyak main congklak, kelereng, baksodor (Jawa), loncat tali atau lainnya, merupakan permainan yang membutuhkan kesigapan, kelincahan dan mengeluarkan banyak energi dari si pemain. Efek positif permainan tersebut bagi anak, membuat keseimbangan antara in take energi dengan pengeluarannya. Selain itu, asupan makanan yang seimbang menyebabkan tidak terjadi penimbunan lemak dalam tubuh. Lain halnya  dengan gaya hidup sedentari yang kurang aktifitas, banyak menggunakan teknologi digital (smartphone, gadget, playstation, tv, dsb) sedangkan pola konsumsi makanannya tinggi energi rendah serat (junk food). Gaya hidup sedentari ini mengakibatkan energi di dalam tubuh tidak dikeluarkan dan menjadi simpanan berupa lemak sehingga lama-kelamaan terjadilah obesitas atau kegemukan.

Obesitas tidak hanya menyebabkan penampilan seseorang kurang menarik, kurang bisa beraktifitas normal dan tidak percaya diri, tetapi obesitas juga bisa mempengaruhi derajat kesehatan seseorang yaitu seperti peningkatan prevalensi hipertensi 3 kali lipat, peningkatan prevalensi diabetes 3 kali lipat, peningkatan kadar kolesterol serum, memperburuk keadaan osteoartritris, peningkatan angka kejadian penyakit kandung empedu, dsb (Robins, 1992). Melihat pengaruh dari obesitas tersebut, menjadikan penting dilakukan preventif dan kuratif pada obesitas serta monitoring status gizi. Mencegah obesitas sejak dini dengan mengetahui status gizi diri sendiri  lebih baik dilakukan sejak awal. Penentuan status gizi secara fisik berdasarkan hasil pengukuran antropometri yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT) terdiri dari tinggi badan (TB) dan berat badan (BB), dengan rumus BB(kg)/TB(cm)². Katagori status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk Indonesia atau Asia Pasifik:  IMT 18.5 – 22.9  (normal), IMT <18.5 (kurang), IMT 23 – 24.9 (lebih), IMT 25 – 29.9 (obes I), IMT > 30 (obese berat).

Kesuksesan dalam penanganan obesitas memerlukan koordinasi dari beberapa pihak yaitu, motivasi diri dari penyandang, dukungan dari pihak keluarga dan lingkungan, informasi yang tepat bagi penyandang dan pengaturan makan (diet) serta aktifitas yang benar. Tujuan utama terapi obesitas adalah penurunan berat badan secara bertahap yaitu sekitar 2 – 3 kg per bulan (Hartono A, 2006). Hal ini berbeda dengan jenis diet yang marak dan booming saat  ini, menurunkan berat badan secara drstis. Tetapi para penyandang obesitas sebaiknya berhati-hati dalam memilih cara penurunan berat badan yang ditawarkan dan menjanjikan penurunan secara instan. Jika cara penurunan berat badan salah justru akan menimbulkan masalah gangguan metabolisme zat gizi di dalam tubuh. Diet yang sangat rendah mengkonsumsi karbohidrat, menyebabkan tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi (keton). Ketoasidosis akan terjadi jika terlalu banyak keton dalam tubuh, menyebabkan PH darah menjadi asam. Gangguan metabolisme kalsium bisa terjadi akibat kerja ginjal yang berat pada PH asam. Selain itu, diet sangat rendah karbohidrat ini kurang tepat karena sumber energi utama bagi otak dan susunan syaraf otak adalah glukosa yang berasal dari karbohidrat.

Prinsip pengaturan makan pada obesitas adalah diet rendah energi gizi seimbang. Diet rendah energi gizi seimbang tidak identik dengan makan jumlah sedikit dan lapar. Kebutuhan energi per hari dihitung sesuai proporsi tubuh masing-masing. In take energi tidak disarankan kurang dari kebutuhan basal seseorang, supaya bisa beraktifitas secara optimal dan tidak terjadi defisiensi zat gizi. Penurunan berat badan memerlukan pengurangan asupan energi sebesar 500 – 700 kkal/hari dan melakukan aktifitas serta olahraga yang cukup. Kecukupan makronutrien seperti karbohidrat sebesar 40-60%, protein 15-20% dan lemak 20-25%. Pemilihan jenis makanan dan cara pengolahan sangat menentukan dalam diet ini. Memilih bahan makanan yang rendah energi dan berserat tinggi sangat disarankan dalam program penurunan berat badan karena memberikan rasa kenyang lebih lama. Dalam hal ini sayuran merupakan pilihan makanan yang sangat membantu karena dalam satu penukar (100 g) sayuran A boleh dikonsumsi bebas karena kandungan energinya sangat rendah/diabaikan, misalnya ketimun, tomat, gambas, labu air, lobak, selada. Sedangkan sayuran B dalam satu penukar (100 g)  hanya mengandung 25 kkal, 1 g protein, 5 g karbohidrat misalnya bayam,  brokoli, buncis, wortel, labu siam, dsb. Begitu juga  dalam memilih makanan pokok, kandungan serat tinggi sebagai alternatif pilihan, seperti nasi merah dan roti gandum (whole wheat bread). Dalam Daftar Bahan Makanan Penukar 100 g nasi setara nilai gizinya dengan 200 g kentang, jadi  kentang bisa dianggap nilai kekenyangannya lebih tinggi.

Cara pengolahan makanan bisa mempengaruhi nilai gizi dalam makanan tersebut, misalnya menggoreng, menumis dan makanan bersantan akan menambah nilai energi pada makanan. Misalnya telur rebus (55 g) mempunyai nilai energi 75 kkal, jika telur tersebut digoreng dengan minyak kelapa (5 g) akan menambah energi sebesar 50 kkal. Oleh karena itu mengkonsumsi makanan yang digoreng menyebabkan kelebihan energi yang tidak disadari. Sumber lemak tidak jenuh seperti minyak jagung atau minyak zaitun baik dikonsumsi tetapi akan teroksidasi jika dilakukan pemanasan (menggoreng) dengan suhu > 100ºC.

Selain dari pengaturan makan juga pola aktifitas atau olahraga harus ditingkatkan untuk penurunan berat badan.  Membiasakan diri melakukan aktifitas fisik atau olahraga secara teratur, rata rata 3 kali/minggu selama 30 menit. Dalam kehidupan sehari hari bisa diterapkan aktifitas fisik yang mengeluarkan energi misalnya memilih naik tangga daripada menggunakan lift, berlari, jalan kaki, bercocok tanam, dsb. Jika pengaturan makan dan olahraga/aktifitas fisik dilakukan secara teratur dan dijadikan sebagai gaya hidup maka obesitas bisa dicegah lebih awal.

Kontributor :

Hesti Winarti

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA

Robbins dan Kumar. 1992. Buku Ajar Patologi I. Surabaya: EGC

IOTF/WHO. 2000. The Asia Pacificc Perspective: Redifining Obesity and its Treatment. Melbourne: Health Communication Australia

WHO. 1995. Physical Status: The Use and Interpretation of Anthropometry. Report of WHO Expert Committee. Genewa: World Health Organization

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC

Ramayulis Rita. 2018. Lima Langkah Langsung Langsing. Jakarta: Penebar Plus

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.