Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Bahaya Osteoporosis Bagi Manula

Kesehatan tubuh manusia akan menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Demikian pula, dengan kondisi tulang. Pada usia lanjut, tulang menjadi rapuh sehingga mudah sekali cidera bahkan patah. Pengeroposan tulang atau osteoporosis paling banyak diderita oleh seorang perempuan yang telah menopause. Sedangkan pada laki-laki, secara umum pengeroposan tulang akan terjadi sejak usia 70 tahun. Umumnya, perempuan akan mulai mengalami penurunan kepadatan tulang sejak usia 30 tahun dan akan semakin cepat menjadi keropos ketika sudah mengalami menopause. Bahkan, pada perempuan menopause ini, setiap tahun tingkat kepadatan tulang akan berkurang sebanyak 3 persen. Tulang dapat mengalami pengeroposan karena struktur tulang manusia merupakan anyaman jaringan tulang yang membentuk lubang-lubang kecil. Pada usia lanjut, lubang-lubang kecil pada tulang ini akan membesar sehingga lubang satu dengan yang lain akan menyatu dan terjadilah lubang besar atau bolong. Hal inilah yang menyebabkan tulang menjadi tipis atau keropos dan mudah mengalami cidera atau patah.

Pada usia lanjut, cidera tulang dan patah tulang akan sangat mudah terjadi. Ada 3 bagian tulang yang sering mengalami cidera, yaitu pergelangan tangan, pangkal paha dan punggung. Tulang bagian pergelangan tangan merupakan bagian yang paling sering mengalami cidera. Bahkan, ketika hanya karena terjatuh ringan akibat terpeleset. Tangan secara refleks akan menyangga tubuh saat terjatuh sehingga tangan paling sering mengalami cidera atau patah tulang. Pada kasus cidera tulang bagian pergelangan, tulang biasanya bergeser ke arah punggung tangan. Bila fatal, bagian ujung pergelangan tangan membengkok ke arah punggung tangan seperti garpu terbalik. Jika hal tersebut terjadi, maka harus dilakukan rontgen untuk mengetahui seberapa aprah cidera atau patah tulang yang terjadi dan memastikan letak atau bagian tulang yang mengalami cidera.

Penanganan pada cidera tulang dilakukan dengan 2 cara, yaitu metode gips dan pemasangan plat logam atau pen melalui tindakan operasi yang ditentukan setelah diagnosa dan rontgen atau CR Scan. Cidera ringan ini bisa diatasi dengan mereposisi tulang yang bergeser, kemudian dipasang gips yang dilakukan dengan cara pembiusan. Penggunaan gips pada pasien usia lanjut cukup memakan waktu lama, yakni sekitar 1,5 – 2 bulan. Pada usia muda, penggunaan gips pada kasus ini paling lama hanya sekitar 1 bulan. Gips tidak boleh terkena air sehingga bagian tangan tidak bisa dibersihkan dan biasanya akan menimbulkan gatal-gatal. Adapun cara lain dari penangan cidera pada pergelangan tangan adalah dengan memasang plat logam melalui sebuah tindakan operasi. Dengan cara ini, pasien tidak perlu gips dan bisa langsung dimobilisasi atau dilatih sendi-sendinya agar tidak kaku. Plat logam yang dipasang akan dapat dilepas atau diambil kembali melalui operasi setelah satu tahun. Namun jika plat yang digunakan berbahan titanium, tidak perlu dilakukan operasi pengambilan lagi.

Selain cidera pada pergelangan tangan, cidera tulang bagian kaki bisa terjadi pada leher sendi paha atau pangkal paha yang umum disebut panggul juga sering terjadi. Pada bagian ini, terdapat bulatan tulang yang disebut kepala sendi yang berada di atas leher paha. Pada bagian leher sendi paha yang patah, jika terjadi pada orang tua maka tidak akan pernah bisa disambung atau pulih kembali. Penanganan satu-satunya adalah dengan cara dioperasi. Kepala sendi akan diganti dengan prosthesis mirip kepala sendi dari bahan logam yang dimasukkan ke dalam tulang. Dengan cara ini, pasien akan dapat berjalan seperti semula, namun tidak untuk berlari. Cidera tulang bagian kaki juga bisa terjadi pada bagian bahu sendi atau bahu tulang paha yang berada di bagian leher sendi paha. Biasanya, bahu tulang paha yang patah disertai pecahan-pecahan tulang. Penanganan kasus demikian sangat disarankan dengan operasi untuk pemasangan pen guna mempercepat mobilisasi. Jika dengan cara pemasangan gips, sebelumnya harus dilakukan terapi untuk mereposisi tulang dengan cara ditarik. Terapi ini harus dilakukan 1 hingga 2 bulan, baru kemudian bisa dipasang gips. Cara ini dirasa merepotkan bagi pasien, apalagi karena gips harus dipasang di bawah dada sampai ujung kaki.

Cidera tulang juga dapar terjadi pada bagian tulang belakang. Hal ini dapat terjadi ketika jatuh terduduk dan tulang amblas atau melesak ke dalam. Adapun bahaya dari kasus ini adalah tulang yang melesak ke dalam bisa menjepit atau merobek syaraf sehingga berpotensi menyebabkan kelumpuhan. Pada kasus cidera tulang ini apabila tidak sampai menciderai saraf bisa diatasi dengan penggunaan brace selama 3 hari hingga 4 bulan. Namun jika mencederai saraf, harus dioperasi untuk membebaskan saraf yang terjepit patahan tulang dan memasang pen untuk menyangga dan menegakkan tulang yang patah dan tumbuh. Pemasangan pen pada kasus cidera tulang belakang juga jauh lebih baik. Tulang yang melesak dapat ditegakkan lagi sehingga pasien bisa duduk lagi. Berbeda dengan brace, yang tidak dapat membuat tulang yang melesak tegak lagi.

Selain cidera berat seperti patah tulang, cidera ringan pada tulang  atau yang biasa disebut kesleo juga biasa terjadi. Hal ini bisa terjadi karena benturan atau sendi yang terpelintir dan merobek pengikat sendi. Meskipun ringan atau hanya kesleo, penanganan yang tidak tepat dapat menimbulkan cacat, terganggu atau berkurangnya fungsi persendian. Penanganannya cukup dengan kompres es dan balut kasa atau memasang gips spalk apabila diperlukan. Melakukan pijat atau urut hanya akan memperparah robekan pengikat sendi yang cidera sehingga hal tersebut tidak disarankan.

Kontributor :

Tedjo Rukmoyo, Sp.OT, Spine (K)

KSM Bedah Orthopaedi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

 

 

 

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.