Gangguan seksual pada pria, tentu saja menjadi masalah besar dalam kehidupan rumah tangga dan berdampak psikologis. Baik bagi penderita, maupun bagi pasangannya. Dalam konteks ini, derita pria adalah derita wanita. Maka, perlu mengenal berbagai gangguan seksual pada pria dan penanganannya. Setiap pria dapat mengalami gangguan seksual, meski pada awalnya normal-normal saja. Hal ini karena gangguan seksual pada pria bisa terjadi karena banyak faktor. Berdasarkan beberapa penelitian, gangguan seksual pada pria bahkan bukan penyakit primer melainkan sering kali hanya sebagai akibat bawaan atau dampak dari sebuah kondisi kesehatan organ tubuh lainnya. Sayangnya, sering kali seorang pria yang mengalami gangguan seksual menyimpulkan sendiri penyakitnya dan berusaha mencari obat sendiri. Hal ini sudah pasti sangat berisiko. Penanganan yang tidak tepat akan menambah parah gangguan seksual tersebut. Oleh karena itu, kita perlu memahami gangguan seksual pada pria, penyebab dan cara penanganannya.
Gangguan seksual adalah bentuk ketimpangan yang didasarkan atas tidak berfungsinya organ-organ reproduksi seksual. Jadi, gangguan seksual adalah ketidaknormalan aktivitas seksual. Aktivitas seksual pada pria dipengaruhi oleh tiga hal. Pertama, keinginan atau hasrat seksual (sexual desire disorder). Kedua, bangkitan seksual atau ereksi (sexual arousal disorder) dan orgasme, yang pada pria selalu diikuti dengan ejakulasi. Ketiga, adalah faktor lain di luar organ reproduksi pria tersebut misalnya, penyakit lain yang kemudian berdampak pada kemampuan seksual pada pria. Selama ini, masyarakat selalu menganggap gangguan seksual pada pria disebabkan faktor psikis seperti sedang stres, kecapekan atau lainnya. Anggapan demikian, tidaklah tepat. Selama ini, gangguan seksual pada pria disebabkan oleh 10% faktor psikis. Sedangkan, 90% dari masalah gangguan seksual pada pria disebabkan oleh faktor fisik atau fungsi organ yang memang terganggu.
Ada beberapa masalah pada organ reproduksi pria yang dapat menyebabkan gangguan seksual. Misalnya, buah pelir yang terlalu kecil. Buah pelir ini berfungsi untuk memproduksi hormon testosteron dan sprema. Jika buah pelir terlalu kecil, maka tidak mampu mencukupi aktivitas seksual. Masalah lainnya adalah penis kecil (micropenis) atau normal, tapi bengkok. Ini bisa terjadi ketika remaja, bawaan atau dapatan. Penis bengkok (peyronie) bisa terjadi dan terus bertambah bengkok seiring bertambahnya usia. Meskipun bisa diperbaiki, namun penis bengkok ini sulit ditangani karena hingga saat ini belum diketahui penyebabnya.
Selain karena faktor organ reproduksi pria, gangguan seksual pada pria juga bisa terjadi karena suatu kondisi terganggunya kesehatan organ tubuh lainnya. Misal, karena sakit liver, gula, pembuluh darah, jantung, dan hipertensi. Pria dengan penyakit jantung koroner sangat berpotensi mengalami gangguan seksual karena hampir dapat dipastikan hormon testosteronnya rendah. Hal ini juga memungkinkan karena terjadi penyempitan pembuluh nadi (arteri) pada penis. Testosteron yang rendah dan adanya penyempitan arteri pada penis, bermanifes ke hal-hal yang lebih besar, salah satunya gangguan seksual. Untuk memastikan berbagai kemungkinan ini, dokter akan melakukan pemeriksaan hormon testosteron. Hal lain yang perlu disadari, penggunaan obat antihipertensi, 90 persennya akan berpengaruh pada fungsi ereksi.
Selama ini, gangguan seksual pada pria yang paling banyak dikeluhkan adalah ejakulasi dini dan disfungsi ereksi atau tidak bisa ereksi pada ronde ke 2. Secara awam, masyarakat sering menyebut disfungsi ereksi sebagai lemah syahwat. Sebenarnya, lemah syahwat lebih disebabkan oleh faktor bangkitan (sexual arousal disorder) atau bisa diartikan sebagai lemah ereksi atau ereksi tidak full. Sedangkan, gairah itu berkaitan dengan faktor keinginan (sexual desire disorder). Sementara, gangguan ejakulasi dini, sering diartikan sebagai pengeluaran sperma yang terlalu cepat. Berkait ejakulasi dini, kemampaun seseorang berbeda-beda. Ejakulasi dalam waktu lima menit ketika berhubungan, belum dapat dikategorikan sebagai ejakulasi dini. Secara medis, ejakulasi dini adalah ketika orgasme terjadi dalam waktu dua menit. Kurang dari dua menit, artinya ejakulasi dini yang dengan tingkat ringan-sedang-berat. Ejakulasi dini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor psikologis dan organik seperti adanya infeksi prostat, obat-obatan, hipertensi, hiperprolaktin, hiposanadisul, kadar sevotanim yang rendah. Angka kejadian ejakulasi dini, cenderung tinggi ± 40 % dari pria mengalaminya. Terkait dengan penanganan, untuk kasus psikologis terhadap gangguan seksual dapat dengan konseling atau latihan terapi seksual. Sedangkan untuk kasus organik, dapat diupayakan menggunakan obat-obatan. Begitu banyak penyebab terjadinya gangguan seksual pada pria. Selain banyak, juga sangat kompleks. Karenanya, sangat dianjurkan untuk tidak menduga-duga penyebab gangguan seksual pada pria, agar tak menimbulkan dampak lebih fatal dengan berkonsultasi kepada dokter ahli.
(Disadur dari acara Dialog Kita, bersama Dr. dr. Dicky Much. Rizal, M.Kes., Sp.And (Androlog) RSUP dr, Sardjito Yogyakarta, bertema ‘Gangguan Seksual pada Pria’. Jogja TV-Episode 554/2016).
No Comments