Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Pencegahan, Deteksi Dini dan Penanganan Kanker Serviks

Menurut data Globocan 2018, kasus baru kanker serviks di Indonesia mencapai 32.469 jiwa. Angka kematian akibat kanker serviks mencapai 18.279 per tahun. Artinya, ada sekitar 50 perempuan Indonesia setiap hari meninggal dunia akibat kanker serviks. Angka itu meningkat dibanding data Globocan pada 2012 yang menyatakan 26 perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut kanker serviks sebagai jenis kanker nomor empat yang paling sering menyerang wanita dan mematikan. Ditambah, kanker ini paling banyak ditemukan di negara berkembang dibanding negara maju.

Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim (serviks) yang merupakan bagian terendah dari rahim dan menonjol ke vagina dan merupakan kanker terbanyak pada wanita Indonesia. Kanker Serviks terjadi saat sel normal di serviks berubah menjadi sel kanker. Perubahan ini biasanya memakan waktu 10 – 15 tahun. Oleh karena itu terdapat kesempatan yang cukup lama untuk mendeteksi melalui skrining dan cara penanganannya. Setiap 2 menit wanita di dunia meninggal dan setiap 1 jam wanita di Indonesia meninggal karena kanker serviks. Puncak reproduktif wanita adalah 30 – 50 tahun, sehingga apabila seorang wanita terkena kanker serviks maka mereka akan mengalami gangguan kualitas hidup baik psikis, fisik dan kesehatan seksual di samping dampak sosial ekonomi seperti masalah finansial keluarga, pendidikan anak dan suasana kehidupan keluarga.

Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16, 18, 45, 31 dan 52 yang secara bersamaan menjadi penyebab lebih dari 80 % kasus. HPV sangat resisten terhadap panas dan proses pengeringan. Penularan non seksual dapat terjadi, misalnya penggunaan bersama pakaian yang terkontaminasi dalam jangka waktu lama. Kebanyakan infeksi bisa bertahan selama 8 bulan dan kemudian menghilang. Namun sesudah 2 tahun, ditemukan sekitar 10 % wanita masih membawa virus yang aktif dalam vagina dan serviks. Faktor pendukung terjadinya kanker serviks diantaranya menikah muda, kehamilan yang sering, merokok, penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang dan infeksi menular seksual. Kebanyakan infeksi HPV dan pada stadium dini berlangsung tanpa gejala. Akan tetapi ketika sudah mengalami progresifitas atau stadium lanjut maka gejala yang dapat timbul antara lain perdarahan melalui vagina, keputihan bercampur darah dan berbau, nyeri panggul dan tidak dapat buang air kecil. Penatalaksanaan kanker serviks dilakukan dengan operasi, radiotherapy, chemotherapy, rehabilitasi dan Palliative/supportive care. Pada stadium lanjut dapat mengakibatkan kerugian bagi organ tubuh disekitarnya dan dapat menyebabkan kematian.

Setiap wanita beresiko terkena kanker serviks tanpa memandang usia dan bagaimana gaya hidupnya, hingga 80% akan terinfeksi sepanjang hidupnya dan 50% akan terinfeksi dan dapat menyebabkan kanker sepanjang hidupnya. Tubuh yang terinfeksi HPV tidak selalu dapat membentuk kekebalan sehingga tubuh tidak terlindungi dari infeksi selanjutnya. Pencegahan primer yang dapat dilakukan yaitu dengan berperilaku seksual yang sehat dan melakukan vaksinasi. Pemberian vaksin (antigen) dapat merangsang pembentukan antibodi dan mencegah infeksi HPV 16 dan 18 yang menyebabkan 71 % kasus kanker serviks. Sedangkan pencegahan sekunder dapat dilakukanmelalui deteksi dini keberadaan sel abnormal, lesi pra-kanker dan kanker serviks meskipun tidak dapat mencegah infeksi HPV. Dalam kasus stadium awal, pasien dapat diobati dengan cepat dan tepat sehingga kemungkinan sembuh masih besar. Vaksinasi dengan skrining bersama-sama dapat mengurangi kejadian kanker serviks secara efektif.

Sumber : Materi Seminar Awam “Pencegahan, Deteksi Dini dan Penanganan Kanker Serviks” oleh dr. Ardhanu Kusumanto, Sp OG (K)

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.