Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Fokal Infeksi Pada Gigi dan Mulut

Rongga mulut adalah salah satu area berupa ekosistem yang cukup banyak diteliti dalam tubuh manusia. Lingkungan rongga mulut menggambarkan habitat kolonisasi bakteri aerob dan anaerob. Permukaan abiotik terdiri dari gigi, implan dan restorasi gigi; sedangkan lingkungan biotik seperti sulkus subgingival (area antara gigi dan gusi), permukaan mukosa terkeratinisasi pada dorsum lidah, palatum keras dan gingiva cekat, juga permukaan epitelial non-keratinisasi pada mukosa bukal, tonsil, dan mukosa alveolar. Sulkus subgingival per gigi menyediakan permukaan area seluas 12 cm2 untuk kolonisasi bakteri, dimana kedua permukaan keratin dan non-keratin pada mukosa rongga mulut terdiri dari area seluas lebih dari 200 cm2 sehingga jumlah keseluruhan area yang tersedia untuk kolonisasi bakteri di rongga mulut adalah 500 cm2 (Kumar, 2017).

Kumar (2017) dan Vesna (2018) menerangkan bahwa Teori Fokal Infeksi adalah bakteri dan/atau produk metabolitnya dapat memasuki sirkulasi sistemik dari lesi lokal asimptomatik di rongga mulut, berpindah ke area organ yang lain, menyebabkan penyakit di sistem organ tersebut. Beberapa penyakit yang disebabkan fokal sepsis adalah endokarditis, neuritis, myalgia, osteomyelitis, pneumonia, diabetes, emfisema, urtikaria, eczema, acne.

Mekanisme penyebaran fokal infeksi dapat melalui sirkulasi aliran darah, pembuluh linfatik, respon immunologis, dan aspirasi (Krishnan, 2012). Fokal infeksi berdasarkan lokasinya, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu fokal infeksi intraoral dan ekstraoral. Fokal infeksi yang berasal dari intraoral adalah yang sering terjadi di tubuh manusia, disebabkan oleh struktur histologi dan anatomi dari rongga mulut dan kehadiran permanen mikroorganisme virulen di dalamnya. Fokal infeksi intraoral seluruhnya merupakan infeksi alami yang disebabkan oleh plak gigi, yaitu berupa kolonisasi bakteri yang biasa terbentuk pada tulang alveolar dan apikal gigi (granulomaperiapikal, kista, radiks, dll.).

Respon imun-inflamatori pada kolonisasi patogenik ini menyebabkan kerusakan perlekatan antara gigi dan gusi, juga kehilangan struktur yang mengikat gigi ke tulang rahang. Kedua hal ini terjadi bersamaan menghasilkan bertambahnya kedalaman sulkus gusi. Sulkus yang radang ini, disebut poket periodontal, yang menjadi area anaerob yang kaya akan protein, darah, oksidan; mendukung kolonisasi bakteri anaerob yang patogenik bagi tubuh manusia. Pada perkiraan konservatif terdapat 10 milyar bakteri pada 1 mg plak gigi terutama yang terdapat pada poket periodontal. Poket periodontal terdiri dari peningkatan mediator inflamasi, terutama sebagai mediasi inflmasi kronik. Tumour necrosis factor α, interleukin-1, 2, 8 dan prostaglandin dapat masuk ke sirkulasi dari periodonsium yang terinfeksi, dan dapat berkontribusi pada inflamasi sistemik.

Proses patologis yang terjadi pada area penyakit parodontal, dan terjadi pada area tulang alveolar dan jaringan periodonsium  lainnya, adalah termasuk kelompok fokal infeksi intraoral. Infeksi pada tonsil dan area paranasal dapat juga berperan sebagai reservoir bakteri patogen sehingga menjadi fokal infeksi. Fokal infeksi ekstraoral sering terjadi terlokalisasi pada sistem lokomotor, organ urigenital, organ pencernaan, dan organ pernapasan (Vesna, 2018).

Saat ini, poket periodontal merupakan area terinfeksi yang menjadi perhatian utama karena dapat menjadi sumber infeksi lainnya. Telah terbukti bahwa gigi dengan periodontitis dapat menjadi sumber bakteri masuk ke sirkulasi darah, terutama pada saat aktifitas harian seperti mengunyah atau menyikat gigi. Bakteri ini terindentifikasi di dalam sirkulasi dan pembuluh darah yang terdekat dengan sumber infeksi atau pada soket paska ekstraksi gigi dan mengunyah makanan padat. Penyakit periodontal yang tidak dirawat akan berlanjut menjadi sumber sirkulasi bakteri ke tubuh. Hal ini menjadi perhatian dari American Heart Association yang menerbitkan artikel mengenai peran streptokokus oral pada bakteri endokarditis. The World Workshop in Periodontics mengenalkan istilah ‘periodontal medicine’ pada 1996, untuk menjelaskan peran periodontitis pada inisisasi penyakit sistemik.

Area terlokalisasi dari fokal infeksi di rongga mulut mengharuskan dilakukannya prosedur bedah minor untuk merawatnya. Ketika prosedur bedah ini dilakukan, terdapat kemungkinan mikroorganisme pada area yang terlokalisasi tersebut menyebar ke area tubuh yang lain melalui pembuluh darah dan limfatik, sehingga menyebabkan bakteremia. Frekuensi bakteremia setelah prosedur pelayanan kesehatan bervariasi. Namun secara umum berdasarkan data terbanyak adalah akibat prosedur gigi dan mulut. Angka representatif bakteremia setelah ekstraksi gigi adalah 18-85%, dan paska bedah periodontal adalah 60-90%. Oleh karena itu, profilaksis harus direncanakan pada pasien yang beresiko tinggi termasuk pasien lansia, pasien yang akan menjalani terapi imunosupresif, dan  pasien dengan medically compromised misalnya pada prosedur dental yang mengakibatkan  perdarahan  pada mukosa dan gusi (Shimada dkk.,2017; Krishnan, 2012).

Bakteri patogen pada fokal infeksi intraoral dapat masuk ke sirkulasi tubuh melalui pembuluh darah dan limfatik, sehingga dapat menyebabkan infeksi pada organ lain dalam tubuh. Manajemen perawatan diperlukan untuk menangani fokal infeksi terutama pada pasien dengan kondisi sistemik. Literatur menunjukkan bahwa dengan pemberian antibiotik profilaksis dengan penicilin secara intravena atau peroral secara signifikan menurunkan angka bakteremia. Dibutuhkan informasi dan komunikasi yang tepat antara dokter yang merawat penyakit sistemik mengenai kondisi pasien, kepada dokter gigi, agar mengurangi resiko pasien. (Krishnan,2012).

Penulis :

drg. Shinta Ferronika, MDSc., SpPerio.

KSM Gigi dan Mulut – RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA

Kumar, Purnima S. 2017. From focal sepsis to periodontal medicine: a century of exploring the role of the oral microbiome in systemic disease. Physiol 595.2:465–476.

Krishnan,Vidya. 2012. Systemic affliction of oral focal sepsis. JIAOMR;24(2):137-141.

Shimada Y., Nakagawa Y., Ide K., Sato I., Hagiwara S.,  Yamada H.,  Kawasaki Y., Maruoka Y.. 2017. Support Care Cancer;25:1379–1381.

Vesna, Ambarkova. 2018. Focal Infections in Oral Cavity. J Dent Oral Health(4):114e.

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.