Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Hubungan Seks saat Kehamilan

Kehamilan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan perempuan. Suatu peristiwa yang dimulai sejak terjadinya pembuahan sampai keluarnya janin dari dalam rahim. Kehamilan membawa perubahan terhadap kondisi fisik dan psikis perempuan yang bersangkutan. Perubahan-perubahan tersebut menuntut adanya adaptasi dari ibu hamil dan orang-orang terdekatnya, sebab tidak hanya ibu hamil, mereka umumnya juga merasakan dampak dari perubahan selama kehamilan tersebut, khususnya suami.

Perubahan fisik yang paling mudah diidentifikasi dari ibu hamil adalah membesarnya ukuran rahim seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Pembesaran uterus ini mengakibatkan pembesaran pada perut yang pada gilirannya akan mempengaruhi aktifitas ibu hamil sehari-hari, termasuk hubungan seksnya. Ibu hamil mungkin merasa lekas lelah, pusing, mual, muntah atau nyeri pada payudara sehingga libidonya menurun. Begitu pula dengan psikis ibu yang berubah-rubah karena pengaruh dari kehamilannya.

Kebanyakan wanita malu menanyakan masalah seks selama masa kehamilan. Seks merupakan aspek yang sangat penting diperhatikan dalam kehidupan berumah tangga dan banyak pasangan yang berselisih pendapat tentang seks selama hamil. Pasangan pria biasanya merasa takut mencelakai bayi yang dikandung istrinya, sedangkan pasangan wanita merasakan bahwa seks merupakan pengacau diantara dirinya dengan bayi yang dikandungnya.

Sebaliknya, kebanyakan wanita menginginkan lebih disayangi selama hamil untuk mengatasi perasaannya tentang keadaan buruk yang sedang dialaminya. Sedangkan pria mengakui bahwa gairah mereka menurun ketika istrinya sedang dalam keadaan hamil trimester ketiga. Sedangkan sebagian lain menginginkan lebih protektif dan ingin mengadakan hubungan seks tapi takut untuk melakukannya. 

HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN

Hubungan seksual mempunyai peranan dalam pernyataan perasaan kasih sayang, rasa aman dan tenang, kebersamaan, kedekatan perasaan dalam hubungan suami istri. Tetapi jangan menjadikan hubungan seks memegang peranan paling berkuasa dalam keselarasan hubungan suami istri. Pasangan suami istri dapat menyatakan perasaan kasih sayang dengan saling bertukar pikiran (komunikasi), berpelukan, atau pijatan tanpa harus melakukan hubungan seksual. Selain itu dapat mencari alternatif lain dengan mandi air hangat, makan malam romantis atau apapun yang sama-sama membuat pasangan senang.

Selama tidak ada larangan dari dokter kandungan dan kehamilan yang tidak berisiko, pasangan suami-stri dapat melakukan hubungan seksual hingga menjelang persalinan. Dengan  tetap menikmati hubungan seksual pasangan suami-istri dapat saling berbagi rasa takut maupun kekhawatiran serta stres yang mungkin muncul selama kehamilan.

Tidak sedikit wanita hamil justru merasakan kenikmatan dan kepuasan luar bisa dibandingkan semasa tidak hamil. Bahkan sebagian wanita hamil mengaku dapat mencapai orgasme berulang kalidengan mudah. Hal ini dapat terjadi karena hormon wanita dan hormon kehamilan mengalami peningkatan,sehingga menyebabkan perubahan pada sejumlah organ tubuh (payudara dan organ kandungan) menjadi lebih sensitif dan responsif.

Dengan memahami pengaruh kehamilan terhadap perilaku seksual, dan  sebaliknya pengaruh hubungan seksual terhadap kehamilan diharapkan tidak terjadi masalah antara suami istri. Hal penting yang harus selalu diingat adalah bahwa hubungan seksual dilakukan untuk kepentingan bersama, sehingga diperlukan saling pengertian atas dasar saling mengasihi.

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SEKSUAL

Menurut Eisenberg, banyak sekali perubahan fisik dan psikologis yang mempengaruhi gairah dan kenikmatan seksual, baik yang bersifat positif maupun negatif. Namun untuk beberapa faktor yang membuat pasangan harus membiasakan diri dengan keadaan tersebut, yaitu:

A. Kondisi fisik

  1. Mual dan muntah (pada waktu hamil muda), bila serangan mual hanya terjadi pada pada waktu-waktu tertentu, gunakanlah saat waktu tenang untuk berhubungan seksual. Hal itu akan menghilang di akhir trimester pertama.
  2. Keletihan yang biasanya terjadi padaawal bulan keempat, dapat mempengaruhi hasrat untuk bercinta. Hal ini dapat diatasi dengan tidur siang diselingi acara bercinta dengan pasangan anda.
  3. Perubahan bentuk fisik tubuh, perut buncit, kaki bengkak dan wajah sembab. Bercinta pada waktu hamil dapat menjadi kaku dan tidak nyaman karena terhalang dengan perut yang membesar. Bentuk tubuh wanita yang berubah dapat membuat pasangannya menjadi tidak bergairah. Anda harus dapat mengatasi perasaan ini dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa besar itu indah.
  4. Menyempitnya vagina dapat menyebabkan seks kurang memuaskan (terutama pada waktu hamil tua), karena terasa penuh pada vagina setelah orgasme sehingga membuat wanita merasa seolah tidak puas. Bagi pria, menyempitnya alat kelamin wanita dapat meningkatkan kenikmatan atau mengurangi gairahnya karena penis terasa terjepit sehingga kehilangan ereksinya.
  5. Kebocoran kolostrum. Pada akhir kehamilan beberapa wanita mulai memproduksi kolostrum. Kolostrum ini dapat bocor karena adanya rangsangan seksual payudara.
  6. Perubahan pada cairan vagina, bertambahnya pelicin ini dapat membuat hubungan seksual menjadi lebih nikmat bagi pasangan yang cairan vaginanya kering atau terlalu sempit. Tetapi dapat membuat saluran vagina menjadi terlalu basah dan licin sehingga pasangan prianya sulit untuk mempertahankan ereksi.
  7. Perdarahan yang disebabkan oleh kepekaan leher rahim. Selama kehamilan leher rahim menjadi sempit dan lebih lunak. Ini berarti bahwa penetrasi yang dalam kadang-kadang menyebabkan perdarahan, terutama pada kehamilan tua.

B. Kondisi Psikologis

  1. Takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran. Pada kehamilan yang normal hubungan seksual tidak akan menyebabkan keguguran karena janin terlindung dari bantalan selaput ketuban dan rahim.
  2. Takut bahwa orgasme akan merangsang terjadinya keguguran atau persalinan dini. Pada saat orgasme uterus akan mengalami kontraksi tetapi ini bukan tanda persalinan dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. Tapi orgasme yang kuat yang ditimbulkan masturbasi dilarang pada kehamilan berisiko tinggi terhadap keguguran dan kelahiran premature.
  3. Takut terjadi infeksi pada saat penis masuk ke dalam vagina. Apabila suami tidak memiliki penyakit menular seksual, tidak ada bahaya infeksi bagi ibu dan janin melalui hubungan seksual selama kehamilan, asal kantong amnion tetap utuh. Untuk pencegahan infeksi, pasangan dianjurkan untuk menggunakan kondom selama hubungan seksual.
  4. Kecemasan akan peristiwa persalinan yang akan datang. Calon ibu dan ayah dapat mengalami perasaan yang bercampur aduk dalam menghadapi peristiwa persalinan, pemikiran tentang tanggung jawab dan perubahan cara hidup yang akan datang dan biaya emosional membesarkan anak, semua ini dapat menghambat hubungan cinta. Perasaan mendua tentang bayi harus dibicarakan secara terbuka.
  5. Kemarahan yang tidak didasari dari calon ayah terhadap ibu karena cemburu bahwa istrinya sekarang menjadi pusat perhatian ataupun sebaliknya karena wanita merasa bahwa dirinya harus menanggung penderitaan selama kehamilan, terutama jika ditemukan komplikasi.
  6. Takut menyakiti janin, ketika kepala janin sudah turun ke rongga Panggul. Pada sebagian pasangan dapat menikmati hubungan seksual yang nyaman selama kehamilan, ibu dapat menjadi tegang karena posisi janin yang sudah dekat. Ibu dan suami tidak akan menyakiti janin, jika tidak melakukan penetrasi dalam.
  7. Anggapan bahwa hubungan seksual pada enam minggu terakhir kehamilan akan menyebabkan dimulainya proses melahirkan kontraksi yang disebabkan oleh orgasme akan semakin kuat pada kehamilan tua. Tetapi bila leher rahim matang dan siap, maka kontraksi ini tidak akan memulai proses melahirkan. Beberapa kajian menunjukkan meningkatnya jumlah kelahiran prematur pada pasangan yang sering melakukan hubungan seksual pada minggu-minggu terakhir kehamilan, maka seringkali dokter menganjurkan pantang hubungan seksual pada wanita dengan kehamilan beresiko kelahiran premature.

MITOS YANG DIANUT OLEH IBU HAMIL

A. Posisi kanan dan kiri

Mitos ini mengaitkan posisi hubungan seksual dengan jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Konon, jika posisi pria ketika melakukan hubugan seksual dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi laki-lakilah yang akan dilahirkan. Sebaliknya, bila hubungan seksual dimulai dari sisi kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi yang akan lahir ialah bayi perempuan.

Tentu saja informasi ini salah dan tidak rasional karena jenis kelamin bayi tidaklah ditentukan oleh posisi pria ketika berhubungan seksual. Melainkan ditentukan oleh jenis spermatozoa dengan kandungan kromosom X yang membuahi sel telur, maka akan terbentuk bayi perempuan. Namun, jika spermatozoa dengan kromosom Y yang membuahi sel telur maka bayi laki-laki yang akan terbentuk. Akan tetapi, ternyata tidak sedikit orang yang mempercayai mitos itu dan melakukannya.

B. Boleh tidaknya berhubungan

Anggapan lain yang juga tidak bisa dibenarkan tetapi beredar luas di masyarakat ialah bahwa hubungan seksual tidak boleh dilakukan selama kehamilan agar tidak mengganggu perkembangan bayi. Anggapan ini tidak benar karena tidak ada alasan bahwa hubungan seksual mengganggu perkembangan bayi. Sebaliknya, ada anggapan lain yang menyatakan bahwa hubungan seksual tidak menimbulkan akibat apa pun terhadap kehamilan, sehingga tetap boleh dilakukan seperti sebelum masa kehamilan.

Namun, anggapan ini juga tidak dapat dibenarkan. Karena, boleh tidaknya hubungan seksual dilakukan selama masa kehamilan lebih ditentukan oleh kondisi kehamilan yang ada serta tentunya menurut hasil konsultasi Anda dengan dokter kandungan atau bidan yang menangani kehamilan.

C. Harus sering

Salah satu mitos yang beredar luas di masyarakat ialah hubungan seksual harus sering dilakukan selama masa hamil, agar bayi di dalam rahim dapat bertumbuh subur dan sehat. Alasannya, dengan melakukan hubungan seksual maka bayi mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang normal dan sehat.

Maka tidak sedikit pasangan suami istri yang berupaya agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar sang bayi normal dan sehat. Padahal anggapan tersebut tidak benar sama sekali. Tidak ada hubungan lagi antara sperma dengan bayi yang ada di dalam rahim. Tidak ada hubungan pula antara sperma dan pertumbuhan bayi. Artinya, kalau selama hamil melakukan hubungan seksual, maka sel jadi subur dan sehatnya bayi di dalam rahim tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya sperma yang masuk selama kehamilan. Yang benar adalah, kualitas sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan yang terjadi.

 POSISI DALAM MELAKUKAN HUBUNGAN SEKS SAAT HAMIL

Kehamilan bukan berarti tidak dapat melakukan hubungan seks, tetapi saat kehamilan  membesar perlu memilih hubungan seks yang aman. Prinsipnya ibu hamil tetap bisa melakukan hubungan suami istri selama kehamilan, tidak ada alasan secara medis dan atas saran dari dokter untuk tidak melakukan hubungan seks. Pada saat kehamilan sudah semakin membesar maka perut pun akan semakin membesar dan saat itu perlu melakukan dan mencari posisi seks yang nyaman saat melakukan hubungan seks.

A. Posisi misionaris

Pria menindih wanita dari atas dan saling berhadapan. Posisi ini masih bisa digunakan pada trimester pertama dan kedua. Tetapi si pria harus menahan berat badannya agar tidak menekan perut si istri.

B. Saling berhadapan (istri di atas)

Suami berbaring telentang, sedangkan istri setengah jongkok diatasnya dan membantu memasukkan kemaluan dengan lengan, atau duduk diatas pangkal paha suami. Suami berbaring mengangkat tubuh dengan lengan, atau melingkarkan tangan disekeliling pinggang istri. Posisi ini yang paling nyaman untuk ibu hamil, karena perut istri terhindar dari tekanan badan suami dan istri dapat mengontrol seberapa dalam penis berpenetrasi ke dalam vagina, sehingga mengurangi iritasi pada servik.

C. Posisi penetrasi dari belakang

Wanita menahan berat badannya dengan kedua tangan, tapi tangan dan payudaranya diletakkan di pinggir tempat tidur dan lututnya dialasi dengan bantal. Pria berlutut di lantai yang memungkinkannya mengontrol dalamnya penetrasi dengan dengan baik. Posisi ini akan lebih nyaman pada bulan-bulan terakhir kehamilan.

D. Posisi suami duduk

Duduk di kursi atau tepi tempat tidur, memangku istri dan saling berhadapan, kemaluan suami di dalam vagina istri, lengan saling memangkul. Posisi ini bisaanya pada kehamilan pertengahan atau lanjut dimana tidak memerlukan banyak gerakan dan wanita dapat mengontrol kedalaman penetrasi.

E. Posisi berlutut atau berdiri

Dengan agak melipat lutut, suami dapat memasukkan penis dari belakang istri melingkarkan lengannya pada leher suami dan melingkarkan kaki suami antara kedua pahanya. Posisi ini juga sesuai untuk dilakukan pada saat perut anda sudah besar, atau anda tidak dapat berperan aktif lagi selama bercinta.

RINGKASAN

Selama kehamilan frekuensi sanggama menurun secara bermakna dibandingkan frekuensinya sebelum hamil dan bertahap terus menurun selama kehamilan. Faktor yang mempengaruhi penurunanfrekuensi sanggama adalah besarnya libido istri selama hamil. Dibandingkan sebelum hamil saat hamil presentasi senggama yang mengakibatkan orgasmus menurun bermakna selama kehamilan.

Posisi yang digunakandalam hubungan seksualsecara signifikanberubah sepanjangkehamilan. Posisi laki-laki diatasadalah posisiutama yang digunakansebelumkehamilantapi setelah kehamilan berlangsung,perempuan pada posisi di atas. Perubahan posisi untuk melakukan hubungan seksual dapat disarankan pada wanita hamil danpasangan mereka sesuai dengan perubahan bentuk tubuh pada kehamilan.

Diperlukan konseling khusus sewaktu hamil kepada pasangan untuk membuka topik khusus meskipun tidak ada keluhan, sehingga dapat mempunyai pengertian yang benar tentang perubahan yang akan terjadi dan mereka dapat menyesuaikan dengan benar.

Penulis :

Akbar Novan, Sp.OG-KSM Obsgyn RSUP Dr. Sardjito

Sumber :

  1. Saifuddin, AB. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002.
  2. Dorland, W.A Newman. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC, 2002.
  3. Derek Lewllyn-Jones. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC, 2000.
  4. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002.
  5. Anwar R. 2005. Endokrinologi dalam kehamilan dan parsalinan. Bandung. Subbagian endokrinologi FK UNPAD. pdf
  6. Widiasmoko S. 2000. Perilaku Kegiatan Seksual Pada Wanita Hamil. Semarang. FK UNDIP. Tesis. pdf
  7. Kissanti, A. Sembilan Bulan yang Penuh Keajaiban. Jakarta : Araska, 2009, hlm. 93.
  8. Eisenberg, A. Kehamilan : Apa yang Anda Hadapi Bulan Perbulan. Jakarta : Arcan, 2006, hlm. 308-310.
  9. Suryoprajogo, Nadine. Kama Sutra for Pregnancy. Yogyakarta : Golden Books, 2008, hlm. 46-52.
  10. Bartellas, A. Joan ,M. 2005.Sexuality and Seksual Actifity In Pracnancy. DOI: 10.1111/j.1471-0528.2000.tb10397)BJOG.
  11. Wasinee Uwapusitanon and Thanapan Choobun, MD. 2004. Sexuality and Seksual Actifity In Pracnancy. J Med Assoc. Thai Vol. 87 Suppl.
  12. Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid II Edisi 2. EGC, Jakarta

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.