Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Mengenal Hipoalbumin

Hipoalbumin adalah istilah untuk menyebutkan kadar albumin yang rendah dalam tubuh. Salah satu konsekuensi dari hipoalbumin adalah obat yang seharusnya berikatan dengan protein akan berkurang.

Albumin merupakan protein terbesar dalam plasma darah. Perubahan pada albumin akan menyebabkan gangguan fungsi trombosit. Albumin mempunyai fungsi diantaranya memelihara tekanan onkotik, mengangkut asam lemak menuju hati, mengangkut obat-obatan dan memperpendek waktu paruh obat tersebut, mengangkut bilirubin, mengikat ion Ca2+, sebagai larutan penyangga, mengangkut hormon tiroid, serta mengangkut hormon lain khususnya yang dapat larut dalam lemak. Selain itu albumin juga berfungsi sebagai transport berbagai macam substansi termasuk bilirubin, asam lemak, logam, ion, hormone, dan obat-obatan.

Hipoalbumin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya konsumsi makanan yang berprotein tinggi, adanya infeksi, peradangan seperti pada kasus arthritis dan lupus, masalah pada liver / hati, metabolic acidosis, malnutrisi, kelainan genetic, kerusakan jaringan, adanya gangguan penyerapan protein dalam tubuh (malabsorbsi), kebocoran protein melalui ginjal, dan adanya luka akibat pembedahan / trauma. Beberapa penyakit seperti penyakit usus, penyakit kanker, peritonitis, penyakit DM dengan gangrene, TBC paru, sepsis, dan nefrotik sindrom (penyakit ginjal) juga dapat menjadi faktor penyebab hipoalbumin.

 Kadar normal albumin dalam tubuh berbeda sesuai dengan usia seseorang. Bagi orang dewasa kadar normal albumin sebanyak 3,8 – 5,1 gr/dl, anak-anak sebanyak 4,0 – 5,8 gr/dl, bayi sebanyak 4,4 – 5,4 gr/dl, sedangkan untuk bayi baru lahir kadar normal albumin yaitu sebanyak 2,9 – 5,4 gr/dl.

Penanganan hipoalbumin dapat dilakukan dengan cara makan makanan yang mengandung protein, makan makanan dari hewani (daging sapi, ikan seperti ikan lele / kutuk / gabus, ayam, telur, dan susu mengandung kandungan protein tingkat tinggi), dan makan makanan yang mengandung protein (seperti susu, yogurt, keju), dan membatasi dalam mengkonsumsi kacang-kacangan karena mengandung kadar kalium dan phospat yang tinggi, terlebih untuk pasien dialisis. Penderita hipoalbumin juga dapat diberikan protein albumin, baik albumin dalam bentuk kapsul albumin maupun serum albumin, serta dapat dilakukan koreksi dengan albumin intravena (dalam bentuk infus). Albumin dapat kembali ke batas normal atau meningkat jika penyebab yang menurunkan albumin atau penyebab hipoalbumin dihilangkan.

Penulis :

Unit Promosi Kesehatan, RSUP Dr. Sardjito

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.