Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Memahami Nyeri Dada Pada Jantung Koroner

Seiring perkembangan zaman, saat ini jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Hal ini dikarenakan faktor resiko terjadinya jantung koroner yang semakin tinggi, salah satunya konsumsi makanan cepat saji atau junkfood oleh masyarakat. Nyeri dada yang dialami masyarakat sering disalah artikan sebagai jantung koroner. Pada dasarnya, nyeri dada tidak selalu berarti penyakit jantung koroner. Jantung koroner merupakan penyumbatan yang terjadi di pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung, sehingga ketika penyumbatan itu membengkak, sinyal yang diberikan berupa nyeri di dada. Nyeri dada pada jantung koroner terasa sakit di sebelah dada kiri yang menyebar ke tangan, leher dan tengkuk, nyerinya seperti ditindih. Cara meredakannya cukup dengan istirahat dan berhenti melakukan aktifitas saat itu juga.

Jantung koroner yang terjadi akibat penyumbatan lemak dan kolesterol yang tidak terkontrol akan meyebabkan darah yang mengalir ke jantung tidak akan selancar jantung orang-orang normal sehingga ketika melakukan aktifitas berat akan terasa nyeri di dada. Jika penyumbatan masih dalam tahap awal, nyeri dada bisa reda dengan istirahat. Namun jika penyumbatan tetap dibiarkan, seiring berjalannya waktu melakukan aktifitas biasa pun nyeri dada juga akan timbul. Ketika penyumbatan yang berbentuk plak atau kerak pecah, itulah hal yang dinamakan dengan serangan jantung. Serangan jantung memiliki rasa nyeri dada dengan sifat nyeri yang sama pada jantung koroner, hanya saja serangan jantung ini menyebabkan rasa ingin muntah, dada sebelah kiri sangat berat dan kaku dan tidak terkait dengan aktifitas fisik.

Nyeri dada bisa disebabkan oleh banyak hal. Pertama, nyeri dada yang sama sekali tidak terkait dengan jantung bisa disebabkan karena organ-organ dada seperti otot dada, tulang dada, selaput paru dan paru-paru dipaksa bergerak secara berlebihan. Sedangkan nyeri yang kedua, nyeri karena jantung dibedakan karena adanya sumbatan stabil dan sumbatan tidak stabil. Sumbatan stabil terkait pada aktifitas yang kita lakukan, ketika melakukan aktifitas yang berat dada sebelah kiri akan merasa nyeri. Sedangkan untuk serangan tidak stabil terjadi tanpa ada aktifitas apapun.

Nyeri di dada bisa dikatakan jantung koroner apabila penderita memiliki faktor resiko jantung koroner. Faktor resiko tersebut berupa kolesterol, gula darah, hipertensi dan merokok.  Jika penderita nyeri di dada tidak memiliki faktor resiko tersebut, maka nyeri dada yang dialami tidak terkait dengan nyeri dada pada jantung koroner.

Menjaga pola hidup sehat, makanan sehat adalah kunci utama untuk terhindar dari nyeri dada yang terkait pada jantung koroner. Apabila terdapat riwayat nyeri, sangat dianjurkan untuk segera periksa ke dokter terkait nyeri dada yang dialami, dengan catatan tidak semua nyeri dada yang dialami mengarah kepada nyeri dada jantung koroner apabila tidak memiliki faktor resiko panyakit jantung. Namun demikian, hal tersebut tidak menutup kemungkinan adanya penyumbatan darah ketika nyeri dada terasa.

Kontributor :

dr Arif Wibowo Kurniawan

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.