Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Tidur Mendengkur, Berbahayakah?

Normalnya orang tidur tidak boleh mendengkur, apalagi  jika disertai dengan henti nafas walaupun sesaat. Perilaku tidur yang normal adalah jika saat masuk tidur berbaring di tempat tidur di dalam kamar tidur pada malam hari antara pukul 20.00 – 21.00, mudah untuk memulai tidur, hanya perlu waktu antara 15 menit atau paling lama 30 menit sudah bisa tertidur. Sepanjang malam rata-rata terbangun 2-3 kali karena buang air kecil dan mudah kembali tidur. Selama proses tidur normal terlihat tenang aliran nafas teratur, irama nafas halus dan mulutnya terkatup dengan sesekali berpindah posisi.

Tidur mendengkur dapat terjadi karena sumbatan berulang dari saluran pernafasan atas sewaktu tidur yang menyebabkan adanya henti nafas (apnea) atau berukurangnya aliran udara (hypopnea).Tidur mendengkur bisa dialami hampir semua orang dan semua umur. Mendengkur bisa muncul terutama jika tidur dalam kondisi yang terlalu lelah atau pada orang yang mengalami gangguan pernafasan karena kelainan pada organ pernafasan yang disebut dengan Obstuctive Sleep Apnea (OSA). Pada orang dewasa, tidur mendengkur dapat terjadi karena adanya kelainan pada otak yang gagal mengirim sinyal ke organ yang mengatur pernafasan yang disebut dengan “Central Sleep Apnea” atau kedua kondisi bisa terjadi bersama-sama yang disebut dengan “Mixed Type Sleep Apnea”.

Tidur mendengkur perlu diwaspadai apabila dialami setiap tidur dan merupakan salah satu gangguan pernapasan yang dapat membuat orang tidak bisa bernapas ketika tidur, dengan gejala yang paling khas adalah dengkuran yang keras. Hal ini tentu merupakan masalah yang cukup serius karena dapat meningkatkan kadar karbondioksida dan menyebabkan organ-organ kekurangan oksigen selama tidur, bahkan dapat berisiko meninggal saat tidur jika gejalanya disertai dengan seringnya berhenti nafas lebih dari 10 detik. Risiko kematian lebih tinggi 4-6x, terlepas apakah bertambah usia, menderita diabetes, dan kolesterol tinggi.

Tidur mendengkur dapat dialami oleh siapa saja, adapun beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami hal tersebut yaitu orang gemuk yang memiliki Body Mass Index (BMI) lebihdari 25, lingkar leher yang lebih dari 40cm, bertambahnya usia, laki-laki, terdapat kelainan struktur anatomi saluran pernafasan atas perokok, pengguna obat tidur, peminum alkohol, serta pada orang yang mengalami kelainanan anatomis rahangnya. Sedangkan pada anak-anak, tidur mendengkur seringnya diakibatkan oleh pembesaran atau pembengkakan tonsil atau amandelnya.

Penderita OSA seringkali didapatkan mengalami gasping atau tersedak dan terbangun malam hari yang berakibat tidur tidak pulas. Gangguan tidur akibat OSA mengakibatkan penurunan kualitas hidup berupa rasa mengantuk sepanjang hari, konsentrasi yang menurun, rasa lelah dan lesu, sakit kepala, gelisah, hambatan dalam prestasi belajar atau bekerja dan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis sehingga muncullah penyakit jantung, diabetes melitus, dan stroke.OSA memiliki angka kejadian yang tinggi dan semakin meningkat yang memberikan efek samping terhadap kejadian penyakit jantung, hipertensi dan dihubungkan dengan menurunnya angka harapan hidup pada pasien dengan gagal jantung. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan penanganan OSA pada pasien gagal jantung dapat meningkatkan fungsi kardiovaskular dan otonom, belum ada penelitian skala besar yang menunjukkan terapi OSA dapat menurunkan morbiditas & mortalitas gagal jantung dan penyakit jantung lainnya. Keberadaan OSA perlu diperhatikan dalam praktek klinis, terutama pada pasien yang memiliki komorbid penyakit kardiovaskular.

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.