Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Memahami Covid-19 dan Ancamannya

YOGYAKARTA – Masih mewabahnya Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Cina dan sejumlah negara lain di dunia, telah menimbulkan kecemasan, bahkan kepanikan bagi sebagian kalangan. Sementara informasi seputar Covid-19 dari banyak sumber, dinilai justru menimbulkan simpang siur.

Untuk itu, Kementerian Kesehatan RI bekerja sama dengan RSUP Dr. Sardjito dan Dinas Kesehatan DI Yogyakarta, menggelar acara Temu Netizen, bertema ‘Cerdas dan Aman Menangani Virus Corona’, di Yogyakarta, Sabtu (29/2/2020).

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, drg. Widayawati, KMK., berharap agar semua elemen masyarakat termasuk media massa, mampu memberikan informasi yang benar terkait Covid-19.

Widayawati menegaskan dan mewanti-wanti, agar peserta dalam acara tersebut mampu memberikan informasi tentang virus covid-19 dengan benar dan positif, serta tidak dipelintir. Bahwa, acara tersebut diadakan untuk membuat masyarakat benar-benar paham, dan tidak membuat gaduh suasana.

Dalam acara ini, hadir enam narasumber berkompeten, yakni dr. Achmad Yurianto, Sekretaris Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. Ika Trisnawati, M.Sc., Sp.PD (KP), Ketua Tim Viral Airborne RSUP Dr. Sardjito, drg. Pembayun Setyaning Astutie, M.Kes., Kepala Dinas Kesehatan DIY, Deddy Pranowo, Ketua PHRI DIY, dan Prof. Dr. drh. Wayan Tunas Artama dari Indonesia One Health University Network UGM, serta Sri Purwaningsih S.Kep. Ners., M.Sc., perawat RSUP Dr. Sardjito.

Ketua Tim Viral Airborne RSUP Dr. Sardjito, dr. Ika Trisnawati, M.Sc., Sp.PD (KP), dalam paparannya menyatakan, bahwa dibandingkan dua virus sejenis, yaitu Sars, dan Mers-cov, angka case fatality rate (CFR) dari Covid-19 sebenarnya paling rendah, yakni 3,4 persen.

Ia menjelaskan, Sars yang merebak pada 2002 menimbulkan jumlah penderita sebanyak 8.098 orang, dengan korban meninggal dunia 774 orang, sehingga CFR-nya sebesar 9,6 persen.

Sementara Mers-cov yang muncul sejak 2012 dengan jumlah penderita 2.494 orang dan korban meninggal dunia 858 orang, sehingga CFR-nya cukup tinggi, yakni 34,4 persen.

Sedangkan Covid-19, berdasarkan data per 26 Februari 2020, jumlah penderita 81.109 orang, dengan jumlah korban meninggal dunia 2.762 orang, dan CFR-nya lebih rendah dibanding MERS COV dan SARS, hanya 3,4 persen.

Dokter Ika pun menyimpulkan, Covid-19 tidak semematikan dua virus sejenis yang lebih dahulu ada. Namun demikian, ia mengingatkan jika jumlah kasusnya menyebar dengan cepat dan jumlah yang terlibat lebih banyak dan luas.

Mengingat jumlah kasusnya yang besar dengan luasan penyebarannya yang luas, dr. Ika menekankan perlunya memahami tanda-tanda atau gejala Covid-19, sehingga masyarakat tidak mudah panik dan mampu mengatasi dengan cerdas dan aman.

Ia menjelaskan, Covid-19 awalnya disebut dengan novel corona virus adalah berbeda dengan influenza.

“Ada pun masa inkubasi influenza 5-7 hari, sedangkan corona 2-14 hari. Gejalanya yang paling ringan sama, yakni batuk, demam, flu, dan paling sering adalah gangguan pernapasan,” jelasnya.

Dengan gejala yang hampir sama, dr. Ika mengingatkan agar masyarakat tidak perlu cemas berlebihan. Pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah dan pedoman sesuai WHO, untuk mengatasi terjadinya Covid-19.

Dokter Ika memaparkan, bahwa penyebaran Covid-19 hanya terjadi melalui kontak erat, sehingga jika berjauhan belum tentu akan tertular.

Menurutnya, Covid-19 bisa menular melalui percikan batuk dari hidung atau mulut, dalam jarak paling jauh 1,8 meter atau disebut dengan droplet. Jika seseorang berada 3 meter dari penderita, tidak akan tertular. Gejala Covid-19 juga bisa diketahui melalui feses.

Jika penderita batuk bersin mengeluarkan partikel yang diameternya lebih besar, akan jatuh dan kecil kemungkinan akan terhirup. Namun, partikel yang jatuh tersebut bisa menempel pada benda-benda di sekitarnya, seperti meja, kursi, lemari, tas, handphone dan sebagainya, sehingga benda-benda tersebut apabila menempel pada tangan orang lain & tidak memperhatikan kebersihan tangan maka orang tersebut bisa tertular.

Dokter Ika mengatakan, riwayat penderita Covid-19 di Cina sebagian besar memiliki riwayat kontak dengan pasar hewan di Wuhan, yang dinyatakan sebagai sumber endemis virus tersebut, dan rata-rata penderita berasal dari usia produktif.

Menurut dr. Ika, gejala Covid-19 sebagian besar adalah gangguan pernapasan. Gejala lain adalah pencernaan atau terjadi diare, dan paling berat disertai gangguan lever dan ginjal, dan sepsis atau infeksi yang menyerang seluruh tubuh.

“Pada kondisi berat, kalau tidak cepat ditangani dan kekebalan tubuh penderita sangat kurang, maka bisa menimbulkan kerusakan organ yang lain. Maka, penderita Covid-19 ada yang meninggal dan tidak, dan yang tidak meninggal itu diasumsikan karena kekebalan tubuhnya baik,” jelas dr. Ika, sembari menambahkan, bahwa RSUP Dr. Sardjito sudah memiliki tata cara penanganan pasien Covid-19, yang akan menjamin penanganan cepat dan mencegah meluasnya virus. (thesun)

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.