Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

MASKNE: Apa itu dan bagaimana pencegahannya?

“Maskne” adalah suatu istilah baru yang mulai dikenal sejak pandemi COVID-19 bermula di tahun 2020. Apa sih sebenarnya maskne itu? Maskne sebetulnya adalah suatu bentuk dari akne mekanika. Penggunaan masker dapat menyebabkan trauma fisik pada permukaan kulit berupa gesekan, gosokan serta tekanan bahan masker pada kulit wajah. Gesekan pada kulit dilaporkan dapat meningkatkan level interleukin-1 yang berperan penting pada proses terjadinya maskne. Selain trauma fisik, hal lain yang berkontribusi dalam terjadinya maskne adalah ketidakseimbangan mikrobiom kulit yang dipengaruhi oleh suhu, pH, serta kelembaban kulit. Seperti yang kita ketahui, pada saat kita memakai masker, kulit terasa panas, lembab, terlebih lagi saat berkeringat, apalagi kita tinggal di daerah yang beriklim tropis. Suatu penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suhu sebesar 1° dapat mengakibatkan peningkatan ekskresi sebum hingga 10%. Demikian juga halnya dengan perubahan keseimbangan mikrobiom kulit jdapat mengganggu komposisi sebum kulit. Selain itu, kelembaban yang tinggi juga dapat memicu oklusi, iritasi serta perubahan keratinosit pada epidermis yang berpengaruh pada keparahan akne.

Kriteria klinis untuk maskne adalah akne yang munculnya dalam waktu 6 minggu sejak penggunaan masker wajah secara rutin, atau eksaserbasi akne pada area yang tertutup masker. Area yang menjadi lokasi munculnya maskne adalah area dagu, pipi, dan hidung, yang membentuk pola seperti huruf O sehingga disebut juga sebagai zona O. Apakah jerawat yang muncul pada area ini sudah pasti suatu maskne? Terkadang masih ada diagnosis banding lain seperti dermatitis perioral, akne rosacea, dermatitis seboroik, dll. Sehingga bila jerawat dirasa mengganggu, dapat segera berkonsultasi dengan dokter spesialis dermatologi dan venereologi/kulit dan kelamin.

Apakah ada hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah atau meminimalisir munculnya jerawat yang diakibatkan oleh penggunaan masker? Ada beberapa tips yang bisa kita ikuti untuk mencegah maskne. Pertama kita harus bijak dalam menggunakan masker. Bila kulit sudah terasa lembab, panas, atau masker sudah basah karena keringat, kita dapat mengganti masker tersebut dengan yang baru. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) merekomendasikan untuk mengganti masker tiap 4 jam sekali. Apabila kita menggunakan masker dari bahan kain, masker dapat dicuci dengan detergen dan air mengalir, hindari penggunaan bahan pewangi pakaian saat mencuci atau menyemprotkan pewangi pada masker karena dapat menyebabkan alergi atau iritasi pada kulit.

Tips kedua adalah bijak dalam penggunaan skincare. Jangan menggunakan produk skincare terlalu banyak, tapi kita tetap harus merawat kulit wajah dengan basic skin care seperti pembersih muka dan pelembab. Kita juga sebaiknya menghindari produk yang mengandung alkohol, asam salisilat, sulfur, alpha-hydroxy acid, dan retinol pada waktu menggunakan masker karena risiko terjadinya iritasi pada kulit dapat meningkat bila diaplikasikan dalam kondisi oklusi atau tertutup. Pilih pembersih muka yang sesuai dengan jenis kulit kita, apabila kulit kita cenderung kering dan sensitif, sebaiknya memilih pembersih wajah yang mengandung pelembab. Jangan menggosok kulit terlalu kuat serta hindari pemakaian air hangat pada waktu membersihkan wajah karena dapat melarutkan lemak permukaan kulit dan menyebabkan kulit menjadi kering yang salah satu tandanya adalah kulit terasa ketat/kencang. Sebaiknya muka kita bersihkan setelah beraktivitas dan menggunakan masker. Penggunaan pelembab juga perlu kita perhatikan selain untuk melembabkan kulit dan menjaga hidrasi kulit, juga untuk memproteksi kulit kita dari trauma fisik gesekan masker. Kita juga harus memilih pelembab yang sesuai dengan jenis kulit kita.

Ketiga, bijak dalam penggunaan tabir surya. Kita tetap dapat memakai tabir surya pada waktu beraktivitas ke luar rumah, namun sebaiknya kita memperhatikan cara penggunaan serta jenis tabir surya yang kita pilih untuk area kulit yang tertutup masker. Ada dua jenis tabir surya, yaitu kimia dan fisik. Tabir surya jenis kimia yang digunakan pada kulit tertutup masker ini dilaporkan lebih memicu sensitisasi, sedangkan tabir surya water-resistant dengan rasio lipofilik/hidrofilik tinggi juga dilaporkan lebih komedogenik. Sehingga bagi yang memiliki keluhan berjerawat saat menggunakan masker, dapat memilih tabir surya jenis fisik yang mengandung bahan aktif titanium oxide dan zinc oxide sebagai bahan aktif. Penggunaan tabir surya yang disarankan adalah yang memiliki kandungan SPF 30 atau lebih, dan PA ++.

Tips yang terakhir adalah kita seyogyanya bijak dalam penggunaan make up. Pada waktu menggunakan masker, kita sebaiknya menghindari penggunaan make up atau riasan yang tebal. Apabila kita memang harus beraktivitas dengan make up tebal, setelah acara selesai kita sebaiknya sesegera mungkin membersihkan wajah sehingga kandungan minyak serta bahan lain dalam make up tidak menutup pori-pori dan memicu timbulnya jerawat.

Pandemi saat ini belum berakhir sehingga kita masih harus menggunakan masker untuk melindungi diri dan orang di sekitar kita dari penyebaran virus covid-19. Namun dengan tips di atas kita dapat mencegah timbulnya jerawat akibat penggunaan masker. Memakai masker, dan kulit tetap sehat, bersih tanpa maskne tentunya menjadi harapan kita semua bukan? Salam sehat!

 

Kontributor :

Flandiana Yogianti, Ph.D., Sp.DV

KSM Kulit dan Kelamin

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.