Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Peran Keluarga dalam Perawatan Pasien Anak di Ruang Rawat Intensif

Keluarga atau orang tua pasien merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perawatan pasien anak, dimana orang tua pasien mempunyai faktor penting dalam memberikan dukungan selama proses pemulihan dan penyembuhan pasien. Orangtua pasien juga dihadapkan pada berbagai masalah ketika harus mendampingi anaknya selama dirawat di Ruang Rawat Intensif Anak, perasaan khawatir dan cemas terhadap prognosis anaknya akan mempengaruhi orang tua dalam menjalankan fungsinya sebagai bagian dari tugas sebuah keluarga. Kondisi terberat dari orang tua adalah depresi dengan penuh rasa bersalah karena merasa tidak mampu menjaga kesehatan anaknya.

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus memahami kondisi krisis yang dirasakan oleh orang tua pasien agar dapat menetapkan sebuah intervensi yang tepat. Peran parawat dalam memfasilitasi keluarga di area perawatan intensif dapat berupa caring, advocator, pemberi informasi secara lisan disertai informasi tertulis dan edukasi. Demikian pula halnya dari pihak orang tua, perawat dapat meningkatkan keterlibatannya demi mengatasi kondisi krisis fisik maupun psikis orang tua.

Peran keluarga dalam area intensif merupakan bagian integral dari perawatan pasien di ruang rawat intensif. Ketika kebutuhan pasien dan keluarga bersinergi dengan kompetensi perawat, maka out comes pasien dapat tercapai dengan optimal. Keluarga merupakan suatu sistem yang terintegrasi satu  sama  lain, perubahan di salah satu komponen akan mempengaruhi komponen lain ( Sulistyani, 2019).

Marcus et al (2020) dalam studi kualitatif yang dilakukan di Pediatic Intensif Care Unit (PICU) mengemukakan bahwa orang tua yang memiliki anak dalam kondisi sakit kritis dan dirawat di ruang intensif memiliki tingkat gangguan stres pasca-trauma berkisar antara 12,2% dan 42%.  Mereka merasakan ibaratnya seperti berada di permainan roller coaster. Orangtua pasien mengungkapkan merasa dalam posisi yang tidak ada kepastian, ketidakberdayaan dan ketakutan yang terus menerus, seperti berada di dunia baru yang penuh tekanan, setiap waktu harus berpikir keras untuk memutuskan sesuatu, mengalami goncangan emosi yang hebat.

Bentuk dari keterlibatan orang tua antara lain dengan mendampingi pasien pada jam-jam tertentu sesuai kesepakatan atau peraturan ruang rawat intensif, mengajak berdoa atau mendoakan pasien, membacakan buku cerita, mengajak bermain bila kondisi pasien memungkinkan. Keterlibatan orang tua ini diharapkan mampu mengurangi perasaan ketidakberdayaan yang dirasakan orang tua pasien.

Kebutuhan orang tua yang paling umum adalah mendapat informasi yang baik. Dampak psikologis, fisik, dan sosial dari rawat intensif ini dialami oleh orang tua dari hari setelah masuk sampai bahkan ke tahun berikutnya setelah keluar dari ruang rawat intensif, kondisi spiritualitas yang baik diidentifikasi sebagai mekanisme koping orang tua (Karla et al , 2020).

Intervensi keperawatan untuk mengatasi dampak hospitalisasi dari segi psikologis orang tua dapat dilakukan dengan pemberian informasi terkait kondisi pasien secara berkala sehingga orang tua pasien mempunyai sedikit gambaran akan perkembangan kondisi anaknya dengan membantu orang tua mengatur stres mereka sendiri. Selain itu perawat juga dapat menawarkan layanan pendampingan, berkolaborasi dengan tim rohaniawan memberikan pendampingan secara spiritual untuk mengatasi  ketakutan, kekhawatiran, dan strategi orang tua untuk mengelola ketidakpastian dan perasaan tidak berdaya mereka. Dampak fisik dan sosial dapat diatasi atau dikurangi dengan cara mengajarkan dan menganjurkan orang tua untuk berani kontak fisik yang positif seperti memberikan sentuhan dengan lembut, melakukan massage/pijatan ringan pada punggung tangan, membantu pasien untuk ROM (range of motion) secara pasif. Kontak fisik yang positif mampu mengurangi hormone stress seperti kortisol pada wanita, selain itu kontak positif juga membantu melepaskan oksitosin dan meningkatkan kadar dopamine, hormone yang membuat seseorang merasa senang (p2ptm, kemkes, 2019 ).

Sabeti et al (2021) dalam artikel penelitiannya di ruang rawat intensif anak di Iran mengemukakan tentang pentingnya kehadiran orang tua sebagai bagian dari pengelolaan nyeri dan kecemasan pada anak secara non farmakologi. Pihak rumah sakit atau dalam hal ini perawat perlu memfasilitasi kehadiran orang tua secara terbuka sehingga diharapkan tingkat nyeri dan kecemasan pasien serta orang tua dapat berkurang.

 

Sirila Ngesti Purnani, S.Kep, Ns

KFK Anak, Ruang PICU RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta

 

Daftar Pustaka

Karla, Abela et al, 2020. Impact of Pediatric Critical Illness and Injury on Families: An Updated Systematic Review, Journal of Pediatric Nursing, vol 51, April 2020, page 21-31

Manfaat Sentuhan Fisik Untuk Mengatasi Stress, 2019. https://p2ptm.kemkes.go.id/2019

Marcus,  Alzawada et al., 2021. A Qualitative Study of Parents’ Experiences in the Pediatric Intensive Care Unit: Riding a Roller Coaster, Journal of Pediatric Nursing, vol 51, April 2020, page 8-14

Sabeti, Fahimeh et al 2021. Health Care Providers’ Experiences of The Non-Pharmacological Pain and Anxiety Management and Its Barriers in The Pediatric Intensive Care Units, Journal of Pediatric Nursing, Agustus, 2021

Sulistyani, 2019. Gambaran Kebutuhan Keluarga Pasien Perawatan Intensif di RS. PTPN 10 Jember, 2019.

 

 

 

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.