Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Wujudkan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif dengan Dukungan Multi Sektor

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan utama bayi baru lahir. ASI dapat diberikan sejak bayi dilahirkan, dimulai sejak di rumah sakit dan berlanjut sampai perawatan di rumah. Kita usahakan pemberian ASI eksklusif dapat berlangsung selama 6 bulan untuk mencapai tumbuh kembang yang baik. Dukungan menyusui merupakan isu yang global. WHO, UNICEF menekankan perlunya dukungan untuk ibu menyusui diberikan secara optimal agar ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif.

Menyusui merupakan proses normal dan alamiah. Bagaimana ASI diproduksi? Berawal dari isapan bayi pada payudara ibu yang akan memberikan rangsanan ke otak, kemudian otak akan mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin yang akan beredar di pembuluh darah. Hormon prolaktin berfungsi untuk memproduksi ASI, sedangkan hormon oksitosin berfungsi mengalirkan ASI. Keduanya berperan dalam proses menyusui sehingga bayi mendapat ASI yang memadai. Semakin banyak bayi menghisap, produksi ASI semakin banyak dan menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. Pengeluaran hormon di otak tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu.

Kondisi fisik ibu pasca melahirkan terkadang masih “tidak karuan”. Ibu-ibu masih merasa lelah pasca melahirkan, terkadang juga harus begadang dan menyelesaikan tugas rutin, masih nyeri pada bekas jahitan, nyeri di payudara karena bengkak dan puting lecet, serta lelah bertambah berat karena bayi sering rewel di hari-hari awal. Kondisi psikologis ibu pasca melahirkan juga cukup berat, sangat sensitif, mudah khawatir, gelisah, cemas, mudah marah, sedih, merasa ragu, sulit tidur, merasa bersalah dan lain-lain. Sering juga kita dengar istilah baby blues atau psikosis pasca melahirkan. Masalah juga diperberat dengan dengan kecemasan tentang ASI. Sering ibu-ibu berfikir apakah ASInya sudah keluar? Mengapa hanya sedikit? Apakah kualitasnya cukup bagus? Apakah bisa mencukupi kebutuhan anak? Bagaimana cara menyusui yang benar? Dan bagaimana bayi bisa menyusu?

Masa pandemi ini juga menambah kecemasan ibu-ibu pasca melahirkan. Kajian Perinatal Anxiety Screening Scale (PASS) pada ibu nifas yang tidak covid di daerah sub-urban menunjukkan 17% ibu mengalami gangguan kecemasan berat, 70% ibu mengalami gangguan kecemasan ringan-sedang. Terlebih ibu yang positif Covid tentu akan mengalami kecemasan yang tinggi karena akan merasa asing/terisolir karena harus dirawat di ruang isolasi. Mereka merasa komunikasi dan kontak dengan tenaga kesehatan sangat terbatas ditambah lagi dengan adanya banyak hoax yang mencemaskan.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa selama pandemi ini terdapat penurunan prevalensi pemberian ASI, baik saat pulang dari rumah sakit, 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan. Padahal sebagian besar ibu hamil (82,5%) berharap dapat menyusui bayinya secara eksklusif. Hal-hal yang sangat menentukan adalah rasa percaya diri ibu, pengetahuan dari lingkungan dan yang terpenting adalah dukungan keluarga.

Di banyak referensi, disebutkan faktor keberhasilan menyusui adalah dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, inisiasi menyusui dini, kondisi ibu, kondisi bayi, riwayat menyusui sebelumnya, pendidikan ayah yang tinggi, dukungan teman dan melahirkan di rumah sakit pemerintah. Faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri ibu dalam memproduksi ASI adalah dukungan suami, dukungan keluarga, variasi pola menyusui, persalinan yang terencana dan nyaman, jumlah anak, niat menyusui eksklusif, pengalaman keberhasilan menyusui sebelumnya. Sebaliknya, faktor yang berperan dalam berhentinya menyusui adalah pendidikan rendah, melahirkan anak pertama, merasa ASI kurang, pemisahan ibu-bayi, kondisi medis ibu, rasa tidak percaya diri, kelelahan, dan kembali bekerja.

Lingkungan keluarga ibu menyusui meliputi suami, anak, ibu kandung, ayah kandung, ibu mertua, dan ayah mertua. Ibu kandung dan ibu mertua pada kebanyakan di masyarakat menjadi panutan oleh ibu menyusui. Ada suatu publikasi yang menyebutkan bahwa ibu kandung dan ibu mertua berperan sebagai “personal reference” terhadap perilaku menyusui eksklusif. Ada juga suatu publikasi yang menyebutkan bahwa suami, mertua dan ibu kandung menghambat keberhasilan ibu menyusui. Bagaimana kita bisa melakukan perubahan agar 3 figur ini menjadi pendorong ASI eksklusif. Sebuah systematic review menyatakan bahwa pengalaman menyusui pada nenek bayi berdampak positif terhadap proses menyusui sehingga nenek sebisa mungkin dilibatkan dalam konseling menyusui sejak antenatal care sampai proses pendampingan selama menyusui setelah bayi lahir, sehingga “no imperativeness” berdasarkan pengalaman yang tidak benar, misalnya “dulu saya memberikan air tajin tidak apa-apa” dan tidak ada mitos, misalnya kolostrum yang berwarna kuning keruh dianggap ASI basi dan harus dibuang. Dengan melibatkan nenek selama konseling menyusui, harapannya mereka bisa menjadi pendukung yang positif sehingga ibu dapat menyusui eksklusif.

Suami merupakan pendorong utama pemberian ASI eksklusif, lebih dari ibu kandung atau ibu mertua. Systematic review menyebutkan jika ayah bayi dilibatkan dalam promosi ASI, tingkat keberhasilan ASI eksklusif lebih tinggi dan problem laktasi akan lebih rendah. Dukungan yang dapat diberikan oleh suami yaitu selalu bersikap suportif, tidak meragukan kemampuan ibu dalam memberikan ASI, selalu memberikan afirmasi positif dan pujian untuk meningkatkan rasa percaya diri ibu, dan menemani ibu mendapatkan informasi tentang menyusui. Ayah juga dapat selalu memberikan bantuan praktis, seperti menyiapkan kebutuhan ibu untuk makan, minum, akses TV, handphone, dan kebutuhan lainnya, serta membantu merawat bayi saat ibu mandi atau tidur, menenangkan bayi sebelum tidur atau saat rewel, mengganti popok, menimang, kontak kulit ke kulit, memeluk dan memandikan bayi.

 

Setya Wandita

Divisi Neonatologi – KSM Anak

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.