Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Mengenal Diabetes Melitus pada Anak

Sering kali para orang tua pasien bertanya apabila putera atau puterinya didiagnosis menderita Diabetes Melitus (DM), “Apakah betul anak saya terkena DM? Bukankah DM penyakitnya orang dewasa, apalagi di keluarga saya tidak ada yang menderita DM dok”. Pertanyaan tersebut wajar karena DM pada anak masih jarang dikenal oleh masyarakat bahkan beberapa dokter spesialis anakpun belum banyak yang mengenal DM pada anak.

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai oleh kondisi kadar gula darah yang meningkat (hiperglikemia). Kondisi hiperglikemia ini akan mengganggu banyak fungsi tubuh lainnya apabila tidak diobati, misalnya fungsi peredaran darah, fungsi ginjal, fungsi syaraf, bahkan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) jumlah anak yang terdeteksi dan terdiagnosis DM di Indonesia semakin bertambah jumlahnya, pada tahun 2018 tercatat mencapai 1820 anak. Hal ini berkat peningkatan pengetahuan dan ketelitian teman sejawat dokter di Indonesia. Menurut laporan Badan Kesehatan Sedunia atau WHO, jumlah anak penderita DM di seluruh dunia pada tahun 2014 mencapai 422 juta. Dampak selanjutnya, 1,5% anak penderita DM mengalami kematian. Pada tahun 2019 DM dinyatakan sebagai penyebab kematian nomer 9 pada anak oleh WHO.

Gejala awal yang sering muncul pada anak adalah sering buang air kecil, cepat haus, banyak minum, cepat lapar, banyak makan namun berat badannya sulit bertambah bahkan menurun dengan cepat, cepat merasa lelah, lipatan kulit (ketiak atau sekitar kemaluan) sering gatal-gatal terinfeksi jamur. Gejala tersebut pada anak yang besar akan terlaporkan pada orang tuanya, namun pada anak lebih kecil akan tersamar bahkan tidak jelas. Apabila gejala-gejala tersebut tidak segera diketahui oleh orang tuanya, maka DM tidak segera terdiagnosis dan diobati, anak dapat mengalami kondisi gawat-darurat yang dikenal dengan keto-asidosis diabetik (KAD). Keluhan yang muncul pada anak dengan KAD biasanya adalah nyeri perut, mual/muntah, sering kencing, sesak napas, dehidrasi, bahkan penurunan kesadaran.

Dikenal 2 jenis DM pada anak, yaitu DM tipe 1 (DM1) dan DM tipe 2 (DM2). Pada DM tipe 1 kadar insulin darah kurang dari normal akibat penurunan produksi insulin oleh pankreas, sedangkan DM tipe 2 akibat tubuh pasien resisten terhadap insulin atau insulin tidak berfungsi efektif walaupun kadarnya normal. Faktor penyebab DM tipe 1 adalah faktor imunologi, sedangkan pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat dan kegemukan (obesitas). Anak lebih banyak ditemukan menderita DM tipe 1 dari pada DM tipe 2.

Penanganan DM tipe 1 dan DM tipe 2 untuk anak Indonesia sudah dibuatkan standar tatalaksana oleh IDAI. Prinsip penanganan DM tipe 1, terdapat lima pilar penanganan, yaitu  injeksi insulin, pemantauan gula darah, pengaturan nutrisi, aktivitas fisik, dan edukasi. IDAI merekomendasikan injeksi insulin minimal dua kali per hari menggunakan insulin basal dan kerja cepat. Pemantauan gula darah mandiri dilakukan minimal 4 kali per hari. Nutrisi seimbang diberikan sesuai kebutuhan kalori pasien per hari; pasien dan keluarga juga perlu diajarkan untuk menyesuaikan dosis insulin sesuai dengan konsumsi karbohidrat. Anak dianjurkan melakukan aktivitas fisik dengan aerobik untuk menguatkan otot dan tulang secara bertahap untuk mencapai lebih dari 60 menit per hari.

Penanganan DM tipe 2 pada anak dititikberatkan pada modifikasi gaya hidup segera setelah diagnosis DM tipe 2 ditegakkan. Modifikasi gaya hidup ini merupakan tantangan tersendiri baik bagi orangtua/keluarga dan dokter, seperti pengaturan diet dan aktivitas fisik untuk mencapai target kadar HbA1c < 6,5%. Pemberian medikamentosa metformin dan/ atau insulin, tergantung gejala, beratnya hiperglikemia, dan ada tidaknya ketoasidosis. Anak dengan DM tipe 2 yang secara metabolik tidak stabil memerlukan injeksi insulin, sedangkan yang secara metabolik stabil dimulai dengan pengobatan metformin monoterapi.

Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang memerlukan penanganan dan pengobatan jangka panjang. Permasalahan ketersediaan obat, keteraturan pengobatan, kebosanan, kebutuhan biaya, absen sekolah, masalah keluarga, masalah psiko-sosial, dan komplikasi penyakit perlu mendapat perhatian berbagai pihak. Keterlibatan pemegang kebijakan, termasuk pemerintah, dan dukungan masyarakat dibutuhkan agar anak dengan DM tertangani dengan baik, terhidar dari komplikasi DM, dan akhirnya anak dapat tumbuh-kembang optimal.

 

Kontributor :

dr. Suryono Yudha Patria, PhD, Sp.A(K)

Divisi Endokrinologi Anak, SMF Ilmu Kesehatan Anak

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

 

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.