Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Keterlambatan Bicara Pada Anak

Salah satu tahap perkembangan manusia yang dimulai sejak bayi adalah berbicara. Tahapan ini merupakan salah satu bagian yang harus diperhatikan sejak dini karena dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan perkembangan seorang anak.  Bicara sebagai sebuah bentuk bahasa menggunakan artikulasi atau kata-kata dalam menyampaikan maksud. Berbicara sebagai sebuah keterampilan mental-motorik melibatkan koordinasi antara kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda dengan kemampuan mengaitkan arti terhadap bunyi yang dihasilkan. (Azizah, 2017)

Seiring bertambahnya usia anak, terlihat pula perkembangan kemampuan berbicara anak tersebut. Kemampuan berbicara yang dimiliki oleh seorang anak tidak selalu sama dengan anak yang lain. Ada anak yang mengalami perkembangan berbicara dengan cepat dan ada pula yang mengalami keterlambatan perkembangan berbicara. Seorang anak dianggap memiliki kemampuan berbicara yang baik jika dapat membuat bunyi atau suara yang sesuai dengan tingkat usianya. Sebaliknya, jika perkembangan berbicara secara signifikan berada di bawah rata-rata anak seusianya maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut mengalami keterlambatan berbicara atau speech delay (Leung & Kao, 1999).

Dalam keadaan seperti ini, orang tua atau pengasuh anak diharapkan dapat memberi perhatian lebih karena keterlambatan berbicara dapat mempengaruhi kehidupan anak di masa mendatang.  Deteksi dini keterlambatan berbicara pada anak merupakan hal yang sangat penting supaya dapat dilakukan intervensi sedini mungkin sehingga anak memiliki waktu yang lebih lama untuk mengejar perkembangan kemampuan berbicara mereka (Tan, Mangunatmadja, & Wiguna, 2019).

Anak yang mengalami keterlambatan bicara atau speech delay dapat dideteksi berdasarkan kemampuan berbicaranya yang lebih lambat daripada teman seusianya. Contoh ciri khas anak yang mengalami keterlambatan bicara adalah kecenderungan anak untuk mengucapkan kata-kata yang tidak jelas dan tepat sehingga menyebabkan miskomunikasi antara anak dan orang lain serta kecenderungan anak yang hanya memberikan respon non verbal terhadap stimulus (Istiqlal, 2021).

Perlu adanya perhatian orang tua dan orang-orang sekitar pada setiap tahapan berbicara anak. Contoh beberapa kewaspadaan yang perlu diperhatikan oleh orang tua atau pengasuh anak antara lain, saat anak berusia 0-6 bulan perlu diwaspadai jika tidak ada babling dan anak tidak menoleh saat dipanggil namanya dari belakang; saat usia 6-12 bulan waspadai  jika anak tidak menunjuk dengan jari pada usia 12 bulan dan ekspresi wajah yang kurang; saat usia 12-18 bulan waspadai bila tidak ada kata yang berarti saat usianya 16 bulan; serta saat usia 18-24 bulan orang tua perlu waspada jika tidak ada kalimat 2 kata yang dapat dimengerti oleh orang sekitar.

Keterlambatan bicara atau (speech delay) pada anak dapat dibagi menjadi dua yaitu:  1) Speech delay fungsional, yaitu keadaan dimana gangguan ini tergolong ringan dan biasanya terjadi karena kurangnya stimulus atau pola asuh yang salah 2) Speech delay non-fungsional, yaitu keadaan dimana gangguan ini merupakan sebuah akibat karena adanya sebuah gangguan bahasa reseptif, seperti autism atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang dialami oleh anak.

Ada beberapa faktor yang dianggap mampu mempengaruhi perkembangan bahasa anak, diantaranya yaitu tidak adanya model yang dapat ditiru oleh anak, motivasi yang rendah pada anak untuk berbicara, serta kurangnya kesempatan yang dimiliki oleh anak untuk berbicara (Istiqlal, 2021). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sudarwati dan Manipuspika (2019), faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya keterlambatan berbicara pada anak yaitu ketidakmampuan anak untuk fokus dan menaruh atensi terhadap suatu hal dan perbedaan bahasa yang dipelajari oleh anak dengan lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu, gangguan pendengaran, autism, dan adanya hambatan pada syaraf dan otak juga merupakan faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami keterlambatan bicara. Penegakan diagnosis pada anak dengan speech delay membutuhkan pendekatan multidisiplin oleh dokter-dokter terkait. Tata laksana keterlambatan bicara bergantung pada penyebabnya, dan juga melibatkan kerja sama antar dokter terkait, orang tua dan terapis wicara.

Terdapat beberapa metode terapi yang dapat digunakan untuk menangani masalah keterlambatan bicara pada anak. Metode yang digunakan bergantung pada jenis masalah yang dihadapi. Tentunya hal ini perlu dikonsultasikan kepada dokter terkait terlebih dahulu. Menurut Sudarwati dan Manipuspika (2019), metode yang dapat digunakan untuk menangani masalah keterlambatan berbicara pada anak yaitu: 1.) Oral Motor Therapy dengan mengajak anak untuk rutin memperkuat otot di area mulut agar fokus kontrol bicara dapat meningkat, diantaranya dengan menggunakan ‘oral toothbrush’ yang dapat membantu relaksasi otot di area mulut; 2.) Language Intervention Therapy yaitu teknik yang dilakukan oleh terapis wicara di HFCC dengan cara mengajak anak mengikuti 1 jam sesi kelas secara intensif. Metode ketiga adalah Modelling Method yaitu memberikan model khusus cara pengucapan kata, termasuk intonasi dan nada yang berlebihan agar lebih mudah tertanam dalam ingatan anak. Dalam metode ini juga digunakan alat bantu visual seperti boneka. Metode keempat adalah metode learning while playing yaitu dengan tidak memberikan mainan kesukaan anak sampai anak tersebut mau menirukan kata yang diucapkan oleh terapis. Metode kelima adalah Behavioral Therapy Method yang bertujuan untuk mengelola energi anak dengan baik sehingga anak dengan keterlambatan berbicara dapat lebih fokus dan memahami apa yang orang lain katakan.

Pada dasarnya, metode terapi anak yang mengalami keterlambatan bicara akan memberikan hasil yang lebih baik apabila orang tua atau pengasuh anak mau ikut berperan aktif untuk melakukan metode terapi tersebut di rumah. Peran aktif orang tua dalam melakukan terapi untuk masalah keterlambatan bicara pada anak dapat memberikan hasil terapi yang lebih baik karena kondisi lingkungan tempat tinggal anak berpengaruh terhadap keberagaman bahasa yang ia pelajari. Anak memiliki kecenderungan untuk meniru atau melakukan imitasi terhadap kata atau kalimat yang ia dengar dari lingkungannya. Oleh karena itu, orang tua atau pengasuh anak diharapkan mampu memberikan lingkungan yang mendukung perkembangan bahasa anak agar kemampuan berbicara anak yang mengalami keterlambatan berbicara atau speech delay dapat mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik.

Kontributor :

Nur Endah Agustina Amd.Kep

KFK THT – RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

 

Referensi:

Azizah, U. (2017). Keterlambatan Bicara dan Implikasinya dalam Pembelajaran Anak
Usia Dini. Hikmah: Jurnal Pendidikan Islam, 282.

Istiqlal, A. N. (2021). Gangguan Keterlambatan Berbicara (Speech Delay) Pada Anak Usia 6 Tahun. PRESCHOOL, 209-210.

Leung A, Kao CP. (1999). Evaluation and management of the child with speech delay. Am Fam Physician. 35.

Manipuspika Y. S, Sudarwati E. (2019). Phonological Development of Children With Speech Delay. RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, 17-20.

Tan S., Mangunatmadja I., Wiguna T. (2019). Risk factors for delayed speech in children aged 1-2 years. Paediatr Indones, 56.

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.