Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Masalah Kesehatan Mental pada Penyintas Covid-19

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Peningkatan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai negara dalam waktu singkat. Secara global, sampai pada tanggal 10 Desember 2021, terdapat 267.865.289 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk 5.285.888 kematian, yang dilaporkan ke WHO (WHO, 2021). Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020 (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia.

COVID-19 menyebabkan efek yang luar biasa terhadap kesehatan mental. Penelitian menunjukkan 13,7%-34,7% pasien COVID-19 dilaporkan menampilkan gejala masalah kesehatan mental setelah terdiagnosa (Kong et al., 2020; Varatharaj et al., 2020). Pasien COVID-19 tidak hanya harus berjuang melawan infeksi virus yang menyerang fisik mereka. Setelah sembuh dari infeksi virus ini, banyak dari mereka dilaporkan menghadapi berbagai problem terkait psikologis (Kominfo Jatim, 2021). Problem psikologis yang dihadapi pun bervariasi, mulai dari yang ringan sampai yang berat.

Terdapat beberapa gangguan terkait kesehatan mental yang dilaporkan setelah individu menjalani pengobatan COVID-19. Gangguan terkait kesehatan mental tersebut, antara lain kesulitan tidur, permasalahan kognitif seperti penurunan kemampuan untuk berkonsentrasi dan penurunan kemampuan mengingat, gangguan kecemasan, gangguan mood seperti depresi, serta demensia (Kominfo Jatim, 2021). Kelelahan, sesak nafas, dan insomnia serta masalah Activity Daily Living (ADL) juga ditemukan sebagai gejala sisa penyintas COVID-19 (Kholilah & Hamid, 2021). Kasus kematian akibat COVID-19 dan tindakan isolasi dapat mempengaruhi kesehatan mental masyarakat. Ditemukan bahwa tingginya angka kematian dan perpanjangan isolasi di suatu daerah memicu depresi, kecemasan, rasa takut berlebihan, serta perubahan pola tidur masyarakat (Aslamiyah & Nurhayati, 2021). Hal ini tidak hanya memperburuk kondisi kesehatan mental, namun juga fisik seseorang.

Kecemasan yang timbul pada pasien pasca COVID-19 dapat disebabkan karena adanya khawatir akan kekambuhan yang akan dialaminya kembali, ketakutan jika menularkan virus COVID-19 kepada keluarga yang lain, dan ketakutan meninggal karena COVID-19 (Lebrasseur et al., 2021). Kekhawatiran akan masa depan juga dirasakan pada pasien pasca COVID-19 (Moradi et al., 2020). Selain itu, pasien dengan infeksi ataupun gejala yang lebih banyak, memiliki masalah psikologis seperti kecemasan dan tingkat stres yang berat dengan jangka panjang dibanding dengan pasien lainnya yang tidak memiliki gejala (orang tanpa gejala) ataupun gejala ringan (Moradi et al., 2020). Depresi merupakan suatu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang salah satunya mengalami tanda-tanda seperti adanya kemurungan, sedih, dan hilangnya gairah hidup (Nurmala et al., 2020). Pasien pasca COVID-19 yang mengalami kecemasan, dapat berkembang menjadi depresi (Moradi et al., 2020). Depresi yang dialami tersebut dapat menimbulkan kesedihan, sehingga lebih mudah menangis. Resiko yang menyebabkan pasien pasca COVID-19 mengalami depresi, antara lain kurangnya kontak sosial, sehingga menyebabkan pasien kehilangan dukungan psikologis dari keluarga dan teman, yang pada akhirnya mengakibatkan stres dan trauma psikologis (Moradi et al., 2020). Depresi yang muncul pasien pasca COVID-19 dapat dikarenakan adanya stigma dan penolakan, serta gaya hidup selama karantina yang membosankan (Hidayah, 2021). Depresi yang dialami pasien pasca COVID-19 menimbulkan masalah gangguan tidur, perasaan gelisah, dan mudah lelah (Wu et al., 2020).

Stress merupakan salah satu dampak psikologis yang dialami pasien pasca COVID-19. Pasien pasca COVID-19 yang mengalami stres biasanya pada pasien dengan kasus penyakit atau gejala yang parah (Chamberlain et al., 2021). Stress yang dialami pasien pasca COVID-19 dapat diakibatkan karena adanya traumatis terhadap kejadian berulang, kehilangan orang terdekat, dan stigma negatif dari masyarakat, sehingga mengganggu pikiran pasien pasca COVID- 19 (Moradi et al., 2020). Keadaan seperti ini dapat membuat pasien pasca COVID-19 menjadi gelisah dan tidak bisa tenang (Hidayah, 2021).

Masalah kesehatan mental berbeda pada anak, dewasa, lansia dengan atau tanpa penyakit kronis ataupun penyakit mental sebelumnya. Secara umum, prevalensi setiap gangguan antara lain 31,4% depresi, 31,9% kecemasan, 41,1% kesusahan, dan 37,9% insomnia. Selain itu, pasien yang terinfeksi COVID-19, dan tenaga medis yang menanganinya juga memiliki prevalensi depresi, kecemasan, kesusahan dan insomnia yang tinggi. Cai (2020) memperkirakan faktor penyebab gangguan psikis pada pasien Covid-19 adalah virus yang dapat menyebar dengan sangat mudah, pasien yang terinfeksi dapat mengalami penurunan kondisi fisik drastis dalam waktu singkat, dan kekurangan obat antivirus dengan efektivitas yang tidak pasti. Selain itu, arus informasi yang sangat cepat dan tidak terkontrol mengakibatkan masyarakat memiliki kekhawatiran berlebih dan ketakutan yang tidak perlu. Prognosis yang kurang jelas dan beragam, komplikasi yang tidak terduga dan kekambuhan menyebabkan keraguan mengenai keakuratan informasi yang diberikan (Moradi et al., 2020). Selanjutnya adanya pembatasan jarak fisik, jarak sosial dan karantina menyebabkan perasaan tidak berdaya dan kesepian. Hal ini cenderung mengarahkan pada suasana hati negatif. Selain itu imbas dari sektor ekonomi, penurunan pendapatan, pemutusan hubungan kerja dapat menambah beban psikologis. Penyesalan dan kekhawatiran dirinya akan menularkan virus kepada orang-orang terdekat serta kekhawatiran. Adanya stigmatisasi juga bisa mempengaruhi kondisi mental.

 

Kontributor :

Endah Atmawati, S.Kep.,Ns

KFK Jiwa RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

 

Referensi :

Aslamiyah, S., & Nurhayati. (2021). Dampak Covid-19 terhadap Perubahan Psikologis, Sosial dan Ekonomi Pasien Covid-19 di Kelurahan Dendang, Langkat, Sumatera Utara. Jurnal Riset Dan Pengabdian Masyarakat, 1(1), 56– 69. https://doi.org/10.22373/jrpm.v1i1.664

Chamberlain, S. R., Grant, J. E., Trender, W., Hellyer, P., & Hampshire, A. (2021). Post-traumatic stress disorder symptoms in COVID-19 survivors: online population survey.           BJPsych Open,7(2),1–4. https://doi.org/10.1192/bjo.2021.3

Hidayah, N. (2021). Dampak Psikologis Pasien Pasca COVID-19 di Medan Sunggal. Universitas Sumatera Utara.

Jatim, K. (2021). Pasca Sembuh, Penyintas Covid-19 Juga Hadapi Problem Psikologis.KominfoJatim. http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/pasca- sembuh-penyintas-covid-19-juga-hadapi-problem-psikologis

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). In Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Kholilah, A. M., & Hamid, A. Y. S. (2021). Gejala Sisa Penyintas Covid-19: Literatur Review. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(3), 501–516.

Lebrasseur, A., Fortin-Bédard, N., Lettre, J., Raymond, E., Bussières, E. L., Lapierre, N., Faieta, J., Vincent, C., Duchesne, L., Ouellet, M. C., Gagnon, E.,

Tourigny, A., Lamontagne, M. È., & Routhier, F. (2021). Impact of the COVID-19 pandemic on older adults: Rapid review. JMIR Aging, 4(2). https://doi.org/10.2196/26474

Moradi, Y., Mollazadeh, F., Karimi, P., Hosseingholipour, K., & Baghaei, R. (2020). Psychological disturbances of survivors throughout COVID-19 crisis: a qualitative study. BMC Psychiatry, 20(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/s12888-020-03009-w

Nurmala, M. D., Sofiyanti, M., & Haryanti, T. (2020). Webinar Bersama Penyintas dalam Mata Kuliah Kesehatan Mental Selama Pandemi COVID-19. 3(1), 376–383.

WHO. (2021). WHO Coronavirus (COVID-19) Dashboard. World Health Organization. https://covid19.who.int/

Wu, C., Hu, X., Song, J., Yang, D., Xu, J., Cheng, K., Chen, D., Zhong, M., Jiang,

J., Xiong, W., Lang, K., Tao, Y., Lin, X., Shi, G., Lu, L., Pan, L., Xu, L., Zhou, X., Song, Y., … Du, C. (2020). Mental health status and related influencing factors of COVID‐19 survivors in Wuhan, China. Clinical and Translational Medicine, 10(2), 1–5. https://doi.org/10.1002/ctm2.52

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.