Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Mengatasi Kesulitan Bicara pada Pasien Stroke

Serangan stroke dapat menyebabkan kerusakan fisik pada seseorang. Bila stroke menyerang otak kiri dan mengenai pusat bicara, kemungkinan pasien akan mengalami gangguan bicara atau afasia. Secara umum afasia terbagi dalam 3 jenis, yaitu:

1. Afasia motorik

Pasien dengan afasia motorik ditandai dengan ketidakmampuan pasien mengungkapkan atau mengekspresikan kata-kata, tetapi pasien memahami apa yang dikatakan orang lain kepadanya.

2. Afasia sensorik

Pasien dengan afasia sensorik tidak memahami pembicaraan orang lain, tetapi pasien dapat mengeluarkan kata-kata. Akibatnya pasien afasia sensorik terlihat tidak nyambung kalau diajak berbicara karena otak tidak mampu menginterpretasikan pembicaraan orang lain meskipun fungsi pendengaran baik.

3. Afasia global

Pasien dengan afasia global tidak mampu memahami pembicaraan orang lain dan tidak mampu mengungkapkan kata-kata secara verbal.

Hal yang harus dipahami oleh keluarga adalah bahwa pasien afasia tetap membutuhkan kesempatan untuk mendengar pembicaraan orang lain secara normal. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi keluarga karena kerap terjadi pasien stroke dengan afasia ini mengalami stress dan depresi. Hal ini bisa dimengerti karena bila awalnya mereka mudah untuk berkomunikasi dengan orang lain kini membutuhkan bantuan orang lain dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, diharapkan keluarga harus lebih sabar menghadapinya dan memberikan motivasi untuk kesembuhan pasien.

Berikut ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kemampuan bicara pasien stroke dengan afasia, antara lain:

  1. Saat berbicara, usahakan wajah kita menghadap lurus dengan pasien. Hal ini akan membantu pasien untuk melihat gerak bibir dan ekspresi wajah kita.
  2. Usahakan berbicara dengan perlahan, tenang, dengan intonasi suara yang normal.
  3. Gunakanlah kalimat yang pendek dan berikanlah tekanan pada kata-kata penting. Jika memungkinkan, gunakanlah ekspresi wajah gerakan tubuh dan irama suara sehingga pasien dapat memahami perkataan kita. Bila pasien tidak mengerti dengan perkataan kita, usahakan untuk mengucapkan dengan kalimat lain yang memiliki arti yang sama.
  4. Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah dan gerakan tubuh. Jangan cemaskan bila pasien memberikan jawaban yang kurang jelas.
  5. Libatkan pasien dalam setiap percakapan di dalam keluarga.
  6. Ceritakan hal-hal yang lucu kepada pasien agar pasien merasa nyaman dan senang karena tidak merasa sendirian.
  7. Ajak sesekali menonton televisi dan tanyakan pendapatnya mengenai acara film atau berita yang ditonton.

 

Daftar Pustaka

Mulyatsih, Enny. 2015. Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di Rumah. Badan Penerbit FKUI: Jakarta.

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.