Gangguan menelan atau disfagia adalah kesulitan menelan cairan dan atau makanan yang disebabkan karena gangguan pada proses menelan (Braddom,1996). Survey menunjukkan sekitar 45% pasien stroke mengalami Disfagia (Gordon et al dalam Warlow,2000). Biasanya pasien menunjukkan gejala tersedak saat makan atau minum, keluar nasi dari hidung, terlihat tidak mampu mengontrol keluar air liur atau mengiler, memerlukan waktu yang lama untuk makan dan tersisa makanan dimulut setelah makan. Bila gangguan menelan ini tidak diatasi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi antara lain dehidrasi, malnutrisi, aspirasi, infeksi paru bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Dalam upaya pencegahan hal hal tersebut diperlukan pemeriksaan dan penatalaksanaan yang akurat. Tujuan utamanya adalah mencegah aspirasi dan memastikan pasien mendapat nutrisi adekuat dengan cara yang aman. Secara umum penatalaksanaan gangguan menelan pada pasien stroke adalah:
1. Penilaian atau screening gangguan menelan
Semua pasien stroke harus dilakukan penilaian gangguan menelan atau disfagia sebelum mendapatkan makan atau minum. Penilaian atau screening meliputi:
- Tingkat kesadaran
- Ada tidaknya lendir di saluran nafas
- Ada tidaknya gangguan bicara atau disartria
- Ada tidaknya penurunan reflek muntah
- Pergerakan lidah dan palatum
- Kemampuan batuk
2. Pengaturan diit selanjutnya atau modifikasi diit antara lain :
- Makanan bentuk cair semua melalui selang lambung / NGT
- Makanan cair melalui NGT, bubur saring hanya untuk latihan per oral
- Makanan cair melalui NGT, makanan lunak per oral
- Seluruh porsi makanan lunak per oral, hanya air yang melalui NGT
- Seluruh makanan dan cairan per oral
Dalam beberapa kasus pasien pulang sudah tidak terpasang selang makan atau NGT tetapi masih mengalami kelemahan pada otot-otot menelan sehingga masih memerlukan penanganan khusus saat makan dan minum antara lain:
1. Latihan otot- otot mengunyah dan menelan yang meliputi :
- Latihan koordinasi bibir: buka mulut, senyum, menyeringai, mengucap pa pa pa / ba ba ba, bertiup dan bersiul
- Latihan koordinasi lidah: menjulurkan lidah, mendorong lidah ke arah pipi dan melawan sudip lidah
- Latihan koordinasi rahang: membuka mulut lebar, menggerakkan dagu ke kanan kiri
- Latihan reflek menelan dan batuk: tarik nafas dalam, latihan tiup sedotan, menyanyikan lagu
2. Teknik Kompensatori
Berupa perubahan posisi kepala atau badan yang dapat membantu pergerakan bolus atau mencegah aspirasi. Berikut beberapa prosedur aman yang bisa digunakan saat memberikan makan :
– Posisi duduk tegak 60 – 90 derajat
- Saat memberikan suapan, posisi badan harus berhadapan langsung dengan pasien
- Gunakan sendok kecil dan letakkan makanan dan minuman pada mulut sehat
- Hindari menggunakan sedotan pada awal latihan minum karena dapat mengakibatkan tersedak
- Anjurkan pasien menoleh ke sisi yang lemah saat menelan, posisi kepala dan leher agak ditekuk supaya mempermudah menutupnya jalan nafas
- Anjurkan pasien menelan 2-3 kali untuk memastikan makanan atau minuman tertelan semua
- Pastikan semua sudah tertelan sebelum memberikan suapan berikutnya
- Anjurkan pasien untuk batuk sesudah menelan
- Pertahankan posisi duduk 20-30 menit sesudah makan
- Perhatikan kebersihan mulut
- Bila pasien batuk secara konstan, hentikan pemberian makanan
- Bila pasien lelah, hentikan pemberian makanan
Daftar Pustaka
Misbach,J.(2011 ). Stroke : Aspek Diagnostik,Patofisilogi, Manajemen. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Mulyatsih,E. (2015). Stroke : Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke Di Rumah. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
No Comments