Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Pencegahan dan Pengobatan Difteri pada Anak

Difteri adalah suatu penyakit infeksi toksik akut yang menular, disebabkan oleh corynebacterium diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudomembran pada mukosa saluran pernafasan atau kulit. Penderita difteri lebih banyak terjadi pada anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Menurut laporan, 10% kasus difteri dapat menimbulkan kematian. Pada abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak – anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah.

Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.

Tanda Gejala Difteri

Masa inkubasi dari bakteri Corynabacterium Diphteria umumnya 2-5 hari. Tanda gejala pada pasien dengan difteri antara lain :

1. Timbul demam dengan suhu sekitar 38oC

2. Kerongkongan sakit dan suara parau

3. Perasaan tidak enak, mual muntah dan lesu

4. Sakit kepala

5. Rinorea, berlendir dan kadang-kadang bercampur darah

 

Pencegahan Difteri

Pencegahan yang dapat dilakukan pada kasus difteri meliputi :

1. Semua kasus difteri dirujuk ke rumah sakit dan dirawat di ruang isolasi

2. Penguatan imunisasi rutin difteri sesuai dengan program imunisasi nasional

3. Penemuan dan penatalaksanaan dini kasus difteri

4. Pengambilan spesimen dari kasus dan kasus kontak erat kemudian dikirim ke laboratorium rujukan difteri untuk dilakukan pemeriksaan kultur atau PCR

5. Menghentikan transmisi difteri dengan pemberian prophilaksis terhadap kontak dan karier

6. Melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah KLB difteri

 

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien difteri adalah sebagai berikut :

1. Berikan antitoksin segera setelah dinyatakan diagnosis difteri. Dengan pemberian antitoksin di hari pertama, angka kematian penderita kurang dari 1%. Jika penundaan lebih dari hari ke-6, angka kematian bisa meningkat sampai 30%

2. Terapi antibiotik bukan sebagai substitusi terhadap terapi anti toksin. Pemberian intramuskuler penisilin prokain 50.000-100.000 unit/kg/hari selama 10 hari

3. Kortikosteroid dengan tujuan pemberian obat ini untuk mencegah timbulnya miokarditis dapat diberikan prednison 2 mg/kgBB/hari selama 3 minggu, lalu dihentikan secara bertahap.

 

Referensi

Kementerian Kesehatan Republik indonesia. 2017. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalia Difteri Edisi I.

https://www.academia.edu/33192318/DIFTERI. 25 Juli 2022. 15.00

https://www.academia.edu/30060881/DIFTERI. 25 Juli 2022. 15.00

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.