Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Penanganan Hipotermia Pada Bayi

Hipotermia yaitu dimana suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh.  Adapun suhu normal bayi adalah 36,5º–37,5ºC (suhu ketiak). Menurut WHO derajat hipotermia dibagi menjadi 3 yaitu :

  • Hipotermia ringan : 36º – 36,4ºCelcius
  • Hipotermia sedang : 32º – 35,9º Celcius
  • Hipotermia berat : < 32º Celcius

Cara pengukuran suhu badan bayi dapa dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1. Pengukuran suhu aksilar

Pemeriksaan standar dan paling umum dilakukan, tetapi suhu yang terukur lebih rendah  0,5ºC lebih rendah dibanding suhu rectal.

2. Pengukuran suhu rectal

Pemeriksaan suhu ini mencerminkan suhu tubuh yang sesungguhnya. Pengukuran suhu rektal sudah tidak direkomendasikan lagi, dilakukan hanya pada bayi yang sedang dilakukan terapi hipotermia

3. Pengukuran suhu kulit

Lebih banyak dilakukan pada bayi dalam inkubator atau infant warmer

 

Hipotermi terjadi karena penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan, terutama karena tingginya kebutuhan oksigen dan penurunan suhu ruangan. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan bayi baru lahir. Pengaturan suhu tubuh tergantung pada faktor penghasil panas dan pengeluarannya, sedangkan produksi panas sangat tergantung pada oksidasi biologis dan aktifitas metabolisme dari sel-sel tubuh waktu istirahat (Jensen,2005)

Faktor risiko terjadinya hipotermia pada bayi baru lahir antara lain:

  • Bayi kurang bulan
  • Bayi dengan berat lahir rendah
  • Bayi kecil masa kehamilan
  • Bayi dengan masa resusitasi yang berkepanjangan
  • Bayi sepsis, sakit berat dan penyakit lainnya
  • Bayi dengan masalah neurologi, jantung dan endokrin
  • Bayi dengan masalah bedah mayor (defek pada dinding perut yang terbuka)
  • Bayi kurang aktif atau hipotoni karena sedasi, analgetik, anestesi atau paralitik
  • Faktor lingkungan seperti lingkungan dingin, pakaian basah, bayi yang sering terpisah dari ibu dan menghangatan yang tidak maksimal

Gejala awal hipotermia ditandai dengan hal-hal sebagai berikut :

  • Tidak mampu menyusu atau kemampuan mengisap rendah
  • Menangis lemah, letargi
  • Perubahan warna kulit dari pucat dan sianosis menjadi cutis marmorata
  • Takipnea dan takikardia

Gejala lanjut hipotermia ditandai dengan apnea, bradikardia, sianosis dan desaturasi, hipoglikemia, asidosis metabolik, distres pernafasan berat, gangguan sirkulasi atau hipotensi sampai syok.

 

Tatalaksana Hipotermia dapat dilakukan dengan :

1. Asuhan kontak kulit dengan kulit (perawatan metode kangguru atau PMK)

Asuhan ini merupakan bentuk interaksi orang tua dan bayinya, diberikan pada bayi yang lebih stabil di ruang perawatan. Perawatan Metode Kangguru (PMK) atau Kangoroo Mother Care (KMC) pertama kali diperkenalkan oleh Rey dan Martinez di Bogota, Columbia, sebagai alternatif perawatan bayi BBLR atau bayi kurang bulan. Metode ini dapat dipertimbangkan bila bayi masih perlu perawatan untuk menjaga kehangatan dan tidak tersedia inkubator. Saat asuhan kontak kulit dengan kulit ibu disarankan menggendong bayi pada posisi vertikal, kepala ditutup dengan topi dengan posisi di atas atau di antara payudara ibu, dengan posisi kedua kaki fleksi (frog position).

Bayi yang disarankan untuk memulai pola asuhan ini adalah bayi stabil secara fisiologis pada suhu 36ºC atau lebih dan tidak ada persyaratan usia kehamilan. Bayi yang mendapat terapi oksigen, CPAP bahkan  dengan ventilasi tekanan positif, dapat menerima asuhan PMK. Keuntungan dari asuhan PMK antara lain memberikan lingkungan suhu yang sesuai, memperbaiki oksigenasi, menurunkan kejadian apnea dan bradikardi, memfasilitasi pemberian ASI dini, meningkatkan durasi proses menyusui, menurunkan penggunaan kalori, menurunkan kejadian infeksi, mempercepat penambahan berat badan, mendorong kelekatan dan ikatan emosional orang tua serta memperpendek masa rawat inap di rumah sakit.

2. Infant warmer

Merupakan alat pemancar panas yang digunakan untuk menjaga kehangatan tubuh bayi, terutama sesaat setelah lahir, selama dilakukan resusitasi dan saat dilakukan tindakan terutama pada bayi dengan kasus bedah. Cara pengoperasian infant warmer ini lebih mudah dibandingkan dengan inkubator. Lebih mudah untuk melakukan asuhan kontak kulit dengan kulit. Kekurangan dari alat ini adalah meningkatkan Insensible Water Loss (IWL) sehingga IWL harus dimasukkan dalam kebutuhan cairan bayi.

Cara penggunaan infant warmer:

  1. Siapkan pemancar panas sebelum bayi lahir, atur suhu sesuai dengan rentang normal
  2. Bayi hanya mengenakan popok dan boundrey
  3. Suhu servo kulit diatur pada 36.5ºC, skin probe dipasang pada perut bagian kanan atas bila posisi bayi telentang. Pada posisi tengkurap skin probe dipasang pada punggung bawah. Penempatan skin probe pada sternum (tulang dada), skapula (tulang belikat), costae (tulang iga), tangan dan kaki harus dihindari karena akan memberikan suhu yang lebih rendah dari yang sebenarnya.
  4. Ukur suhu setiap 30-60 menit atau sesuai dengan instruksi dokter untuk memastikan bahwa suhu bayi baru lahir pada kisaran yang tepat.

3. Inkubator

Suhu badan bayi dalam inkubator harus dijaga dalam rentang 36,5ºC – 37,5ºC. Temperatur bayi harus dipantau dengan ketat supaya tidak terjadi hipotermia atau hipertermia, dengan sedikit mungkin membuka pintu inkubator, kecuali ada tindakan. Inkubator dengan dinding ganda untuk merawat bayi kurang bulan yang sangat kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inkubator dinding ganda mempunyai keuntungan dalam menurunkan kehilangan panas, menurunkan produksi panas, mengurangi kehilangan panas karena radiasi dan menurunkan kebutuhan oksigen dibandingkan dengan inkubator dinding tunggal, tetapi tidak berbeda terhadap luaran jangka panjang, kematian dan lama rawat inap. Kekuranga dari penggunaan inkubator antara lain menurunkan bonding antara bayi dengan keluarga, serta meningkatkan terjadinya infeksi nosokomial.

Perawatan bayi dalam inkubator dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

  1. Semua petugas yang terlibat dalam perawatan harus mampu menggunakan inkubator dengan benar, memantau suhu bayi seta menyesuaikan suhu inkubator untuk mempertahankan lingkungan suhu netral.
  2. Inkubator memerlukan pasokan listrik yang terus menerus, harus ada petugas terlatih untuk perawatan inkubator serta tersedia suku cadang untuk perbaikan.
  3. Inkubator harus jauh dari jendela, suhu ruangan harus sesuai dengan standar dan hembusan angin minimal.
  4. Pemantauan suhu bayi dilakukan lebih sering bila inkubator terkena sinar matahari langsung atau saat penggunaan fototerapi, untuk mencegah pemanasan yang berlebihan.
  5. Pemantauan suhu bayi baru lahir dilakukan setidaknya setiap 3 jam atau sesuai dengan instruksi dokter untuk mempertahankan suhu 36,5ºC – 37,5ºC. Posisi pemasangan skin probe sama dengan bayi pada infant warmer.
  6. Saat melakukan perawatan bayi sedapat mungkin menggunakan lubang jendela inkubator, tidak membuka pintu inkubator.
  7. Pengaturan suhu inkubator untuk bayi baru lahir dilakukan dengan mempertimbangkan berat badan lahir, usia kronologis dan usia gestasi. Pengaturan suhu bayi sampai usia 7 hari dihitung berdasarkan usia gestasi, setelah 7 hari berdasarkan berat lahir.

Pemakaian inkubator harus disertai pengawasan yang benar agar tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan seperti hipertermia atau kerusakan kulit. Inkubator hanya dipakai pada fasilitas layanan kesehatan. Bayi kecil yang tidak mungkin dirawat di rumah sakit karena keterbatan ekonomi, dapat dilakukan perawatn bayi dengan metode kangguru.

 

Kontributor :

Siti Khuzazanah

KFK Anak- IMP Perinatal RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

 

Referensi:

  1. Jurnal kesehatan Andalas. 2014. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir. http://jurnal.fk.unand.ac.id/
  2. Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Praktis Palayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
  3. Gomella TL. Parenteral Nutrition. In : Neonatology : Management, Procedures, On-Call problems. Diseases, Drugs, 5th Ed, Lange Medical Books/Mc. Graw-Hill, 2004 ; 94-101.
Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.