Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

BABY BLUES

 

Tidak dapat dipungkiri didalam Perawatan Perinatal yang komprehensif bagi bayi tentu dibutuhkan kerjasama antara tenaga kesehatan dan keterlibatan ibu didalamnya. Bangsal Perinatal/ NICU di RSUP DR SARDJITO sangat mendukung Gerakan pro ASI didalamnya. ASI adalah kebutuhan utama bagi bayi usia 0 hingga 6 bulan dalam masa tumbuh kembangnya. Keharusan tercukupinya kebutuhan ASI bagi bayi (Neonatus) tentu menimbulkan masalah tersendiri. Masa pemulihan yang belum seutuhnya dari Proses Postpartum Ibu, meliputi rasa sakit pada masa nifas awal, kelelahan karena kurang tidur selama persalinan ditambah adanya kekecewaan emosional dan kecemasan mengenai bayi yang harus dirawat di RS, membuat situasi yang kompleks bagi si Ibu. Kondisi ini tentu sangat rawan bagi Ibu, karena bisa mencetuskan Baby Blues didalamnya.

Baby Blues Syndrom adalah suatu bentuk kesedihan atau kemurungan yang dialami ibu setelah melahirkan. Baby blues syndrom biasanya muncul sementara waktu yaitu sekitar dua hari sampai tiga minggu sejak kelahiran bayi. Prevalensi kejadian Baby Blues Syndrome bervariasi di seluruh dunia. Menurut WHO (2014) di Asia angka kejadian Baby Blues Syndrome bervariasi antara 26-85% dan di Indonesia sendiri angka kejadian Baby Blues Syndrome berkisar 50-70%. Dapat disimpulkan insiden Baby Blues Syndrome di Indonesia 1 sampai 2 per 1000 kelahiran.

Postpartum blues terjadi pada sekitar 50% wanita dalam waktu 4-5 hari setelah melahirkan. Post partum blues dialami oleh ibu postpartum yang bersifat sementara dan terjadi pada minggu pertama setelah kelahiran. Postpartum depression dialami oleh 34% ibu postpartum dan 1% yang mengalami postpartum psikosis.

Tentu sebagai tenaga kesehatan khususnya Perawat yang terlibat langsung dalam pelayanan Perinatal, kita tidak hanya harus aware dengan kondisi pasien (bayi) tetapi juga lingkungan yang melingkupinya, seperti dukungan Ibu dan Keluarga. Yang sejatinya perawat nantinya diharapkan mampu memberikan pelayanan yang holistic dan berkesinambungan.

Menurut penelitian, dukungan sosial suami merupakan faktor risiko yang paling dominan berkontribusi terhadap kejadian postpartum blues. Perlu adanya tindakan preventif, seperti melibatkan suami dalam memberikan informasi tentang kesehatan ibu dan anak, serta antisipasi terhadap deteksi dini postpartum blues dengan kualitas penggalian informasi pasien (anamnesis), sehingga dapat menurunkan angka kejadian postpartum blues.

Galih Putri, S.Kep., Ns

Ruang Perinatal

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.