Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

MUKOSITIS ORAL PADA PASIEN KEMOTERAPI DAN PENANGANANNYA

Kemoterapi secara umum merupakan salah satu modalitas terapi yang sering digunakan dalam rangka penanganan kanker, terutama untuk kanker stadium lanjut (Ardiansyah, 2021). Kemoterapi tidak hanya menyerang sel kanker, tetapi juga mempengaruhi semua sel tubuh yang pertumbuhannya cepat seperti sel sumsum tulang, sel rambut, dan sel lambung (Ardiansyah, 2017). Pada konteks ini, tindakan kemoterapi dapat menimbulkan sejumlah efek samping terhadap pasien kanker diantaranya: kerusakan barier mukosa yang akhirnya menyebabkan mukositis, dan neutropenia yang akan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (Hasibuan, dkk. 2019). Efek samping kemoterapi tersebut dapat terjadi karena pemberian obat kemoterapi seperti: Cycloposphamide, Methotrexat dan Fluorouracyl (Ardiansyah, 2021).

Salah satu efek samping kemoterapi adalah timbulnya mukositis oral. Mukositis oral merupakan peradangan pada mukosa rongga mulut, komplikasi umum yang didapat pada pasien kanker pada daerah kepala dan leher yang mendapat kemoterapi atau terapi radiasi. Kerusakan mukosa terjadi karena penurunan pembaruan sel epitel, sehingga secara klinis tampak atrofi dan ulserasi mukosa (Septina dkk, 2020).

World Health Organization (WHO) mengklarifiksikan mukositis menjadi empat sekala:

  • Skala 1 : kemerahan (eritema), nyeri ringan;
  • Skala 2 : membran mukosa kemerahan, timbul ulkus rata yang nyeri, pasien masih dapat makan;
  • Skala 3 : ulkus terbentuk semakin dalam, pasien hanya dapat makan dengan konsistensi cair;
  • Skala 4 : mukositis semakin parah, pasien sudah tidak dapat makan.

Mulai skala 3 hingga 4, ulkus tersebut dapat terkontaminasi bakteri, jamur, dan virus. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya kandidiasis jika ulser ditumpangi jamur Candida albicans (Drakel, dkk: 2022).

Untuk mengurangi resiko mukositis oral makin parah, maka dapat dilakukan sejumlah upaya penanganan. Mulatsih, dkk (2008) dalam penelitannya di RSUP dr. Sardjito memaparkan sejumlah protokol perawatan rongga mulut pada pasien anak dalam masa perawatan diantaranya:

  1. Penggunaan obat kumur yang mengandung klorheksidin 2x sehari;
  2. Menyikat gigi dihentikan sementara jika lesi oral pasien terasa nyeri.
  3. Pemberian Nistatin (100.000 unit/ml) dengan suspensi oral 4x sehari jika ada tanda-tanda oral candidiasis.
  4. Pemberian acyclovir topical jika ada tanda-tanda infeksi herpes simpleks virus.
  5. Bila terjadi xerostomia, maka pasien dapat diberikan saliva artifisial dan sodium bicarbonat rinse 5 %.

Sementara itu, secara umum menurut Ardhiansyah (2021) penanganan dan terapi mukositis oral terhadap pasien kemoterapi dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yakni:

  1. Menjaga kesehatan atau kebersihan mulut (oral hygiene) dengan sikat gigi yang lembut dan mouthwash non alkoholik.
  2. Menghindari makanan yang terlalu asam, dingin panas dan soft drink.
  3. Menggunakan antiseptik ringan.
  4. Menggunakan obat perlindung mukosa dengan sukralfat, vitamin E, C, beta karoten, dan gluthione.
  5. Merangsang produksi liur dengan permen karet agar mulut tidak kering.
  6. Perlindungan terhadap gigi dengan fluoride gel (Stannous floride 0.4%)
  7. Mengurangi sukrosa (gula).
  8. Pemberian obat Resep dokter untuk mengurangi durasi dan tingkat keparahan

Berdasarkan penjelasan di atas, efek samping dari tindakan kemoterapi berupa mucositis oral dapat diminimalisir resikonya melalui perawatan rongga mulut. Disamping itu, penting pula adanya kerja sama dan edukasi yang baik antara tim medis dan keluarga pasien. Kerja sama tersebut diharapkan adanya perawatan mucositis oral yang teratur dan disiplin sehingga kualitas hidup pasien meningkat.

Narasumber:Suryani Ita Pramesthi, S.Kep.,Ns

Ruang Kartika – Instalasi Kesehatan Ibu dan Anak Terpadu

 

 

 

 

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.