Yogyakarta, 16 September 2023, bertempat di Ruang Bisma, Gedung Diklat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta telah dilaksanakan Acara Peningkatan Penanganan Kegawatdaruratan Corporate Social Responsibility (CSR), 1st Sardjito Hospital Annual Emergency Conference 2023. Acara ini diselenggarakan dilatarbelakangi karena masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui cara melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan maupun kejadian-kejadian yang tergolong sebagai kejadian kegawatdaruratan medis.
Pada umumnya, masyarakat sekitar hanya mengstabilisasi, evakuasi, dan mobilisasi korban seadanya tanpa mengetahui cara mengstabilisasi, evakuasi, dan mobilisasi yang baik dan benar. Hal tersebut tentu membahayakan karena tanpa pengetahuan yang cukup mengenai pertolongan pertama, si penolong dapat memperparah keadaan si korban. Disinilah pentingnya pengetahuan mengenai pertolongan pertama bagi masyarakat. Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian acara “1st Sardjito Hospital Annual Emergency Conference (SHARE) 2023“ yang harapannya menjadi sarana silaturahmi, promosi rumah sakit, dan melatih masyarakat dalam menangani kegawatan sehari-hari.
Kegiatan ini meliputi pelatihan terkait Bantuan Hidup Dasar (BHD), First Aid, dan evakuasi pada korban. Kegiatan dilakukan dalam dua angkatan dengan target peserta pada angkatan pertama adalah driver ambulan swasta/LSM/non-RS, sedangkan pada angkatan kedua menargetkan peserta dari paguyuban jeep wisata lava tour. Kegiatan angatan pertama ini dihadiri oleh lima puluh peserta yang berasal dari drier-driver ambulans yang berasal dari swasta/LSM/Puskesmas maupun dari non-rumah sakit.
Plt. Direktur Medik dan Keperawatan, Dr. dr. Sri Mulatsih, Sp.A(K), MPH dalam sambutannya menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan salah satu eksistensi RSUP Dr. Sardjiito Yogyakarta bersama asosiasi profesi yang lain. Tentunya pelatihan untuk driver ambulance ini sangat penting, oleh karena tidak semua berasal dari kalangan rumah sakit maupun tenaga kesehatan.
Kegawatdaruratan tidak hanya terkait dengan kecelakaan saja, tetapi bisa juga terkait apapun yang bisa menimbulkan risiko kematian yang sangat tinggi dan sifatnya mendadak itu yang harus diperhatikan. Untuk selanjutnya kami berharap juga pelatihan-pelatihan untuk kegawatdaruratan maternal dan perinatal, karena kematian ibu dan anak masih tinggi. Di DIY justru paling tinggi, yang menjadi sorotan adalah di DIY banyak rumah sakit yang bagus-bagus tetapi angka kematian masih tinggi. Dalam FGD dengan Dinas Kesehatan, masalahanya terdapat pada rujukan, yang menjadi masalah adalah ketika dari rumah menuju fasilitas pelayanan Kesehatan. Dari keluarga atau ibu hamil itu sendiri tidak menyadari tentang kegawatdaruratan, selain itu kurangnya koordinasi antara perangkat desa dengan stakeholder terkait sehingga system rujukannya belum tahu seperti apa, ini tentunya sangat penting sekali untuk ditindaklanjuti.
Menutup sambutannya, Dokter Sri Mulatsih berharap tidak hanya materi tentang emergency saja yang disampaikan, tetapi juga dapat ditambahkan terkait dengan materi-materi etika profesi Kesehatan, karena hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk juga diketahui oleh para driver dan petugas lainnya.(Lucky-hukmas)
No Comments