Fax:(0274) 565639    humas@sardjitohospital.co.id
Germas BLU Berakhlak kars

Cidera Anterior Cruciate Ligament (ACL)

Sendi lutut merupakan salah satu sendi yang sering mengalami cidera. Cidera pada lutut bisa menyebabkan patah tulang pembentuk sendi lutut maupun kerusakan jaringan ikat di lutut, seperti ligamen.

Pada lutut, terdapat empat jenis ligamen utama yang menghubungkan tulang-tulang di sendi lutut dan menjaga stabilitas sendi lutut. Ligamen-ligamen tersebut adalah: ACL (Anterior Cruciate Ligament), PCL (Posterior Cruciate Ligament), LCL (Lateral Collateral Ligament), dan MCL (Medial Collateral Ligament). Dari keempat ligamen tersebut, ACL adalah ligamen yang paling sering mengalami cidera.

ACL merupakan ligamen yang menghubungkan antara tulang paha dan tulang kering pada sendi lutut. ACL sendiri berfungsi untuk mencegah pergeseran berlebih tulang kering ke depan tulang paha dan menjaga stabilitas rotasional lutut.

Cidera ligamen disebut juga sebagai “sprain” dan dibagi berdasarkan tingkat keparahannya menjadi 3 derajat:

  • Sprain derajat 1

Ligamen hanya teregang dan mengalami robekan-robekan mikroskopis, sehingga ligamen masih dapat berfungsi menjaga stabilitas sendi.

  • Sprain derajat 2

Ligamen mengalami robekan parsial (sebagian), sehingga stabilitas sendi akan berkurang.

  • Sprain derajat 3

Ligamen mengalami robekan komplit, sehingga sendi akan menjadi tidak stabil.

Kebanyakan cidera ACL merupakan robekan komplit atau hampir komplit. Robekan parsial pada ACL jarang terjadi.

Cidera ACL biasanya terjadi ketika orang sedang melakukan olah raga yang melibatkan perubahan arah gerakan lutut terlalu cepat, seperti olah raga basket atau sepak bola. Selain itu, cidera ini juga dapat disebabkan karena mengurangi kecepatan gerak lutut secara mendadak, mendarat dari lompatan dengan posisi yang tidak tepat, atau karena benturan langsung pada daerah lutut.

Orang yang mengalami cidera ACL biasanya mendengar bunyi “pop” dan merasakan nyeri yang tiba-tiba ketika mengalami cidera. Nyeri karena cidera ACL pada umumnya terasa sangat berat. Kemudian, lutut akan membengkak dalam beberapa jam setelah cidera dan terasa tidak stabil (seperti tidak bisa menahan beban tubuh). Cidera ACL membutuhkan penanganan medis. Bila Anda mengalami gejala seperti yang telah dideskripsikan di atas, segeralah mencari bantuan medis.

Diagnosis cidera ACL dibuat berdasarkan gejala yang dirasakan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hampir semua cidera ligamen dapat terdeteksi melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan adalah X-ray dan MRI lutut. X-ray dilakukan untuk melihat ada tidaknya patah tulang yang mungkin menyertai cidera ACL, sedangkan MRI untuk melihat cidera berupa robekan ACL itu sendiri.

Penanganan cidera ACL tergantung dari kebutuhan masing-masing individu. Contohnya, seorang atlet muda yang memerlukan kelincahan lebih membutuhkan tindakan bedah daripada orang tua dengan aktivitas ringan. Penanganan cidera ACL dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1.    Penanganan non-bedah

ACL yang robek tidak akan sembuh tanpa operasi. Namun, penanganan non-bedah dapat dipilih untuk orang dengan tingkat aktivitas fisik rendah. Selain itu, bila hasil pemeriksaan stabilitas sendi lutut secara keseluruhan baik, dokter dapat merekomendasikan penanganan non-bedah dengan cara:

  • Knee brace (penyangga lutut). Knee brace digunakan untuk menambah stabilitas sendi lutut. Kemudian, Anda dapat menggunakan kruk untuk mengurangi beban pada lutut yang cidera.
  • Terapi fisik. Latihan fisik tertentu dapat meningkatkan fungsi lutut dan menguatkan otot tungkai yang ikut menyokong sendi lutut. Latihan ini dapat dimulai setelah bengkak dan nyeri berkurang.

2.    Penanganan bedah

Adanya cidera ACL yang berdampak pada gangguan stabilitas lutut merupakan faktor risiko terjadinya kerusakan lutut lebih lanjut, seperti kerusakan pada kartilago dan bantalan sendi lutut (meniscus). Pada kondisi ini, perlu dilakukan operasi rekonstruksi ACL untuk mengembalikan fungsi stabilisasi ACL.

Hampir semua robekan ACL tidak dapat dijahit menjadi satu kembali. Karena itu, dokter akan mengganti ACL yang robek dengan jaringan ikat lain. Terdapat beberapa sumber donor jaringan ikat yang dapat digunakan. Masing-masing sumber donor memiliki kelebihan dan kekurangan. Anda dapat mendiskusikan sumber donor jaringan mana yang terbaik untuk Anda dengan dokter ortopedi Anda.

Sebelum operasi, biasanya akan dilakukan terapi fisik terlebih dahulu. Terapi fisik ini bertujuan untuk mengembalikan rentang gerak sendi dan memberikan waktu untuk pembengkakan berkurang. Bila operasi dilakukan ketika masih terdapat bengkak, kekakuan lutut, dan rentang sendi buruk, hasil operasi tidak akan maksimal. Pada umumnya, terapi fisik dilakukan selama tiga minggu atau lebih sejak terjadi cidera.

Prosedur operasi

Operasi rekonstruksi ACL dilakukan dengan menggunakan arthroscope. Operasi ini tergolong lebih tidak invasif dengan irisan kulit yang kecil. Teknik ini memiliki keuntungan berupa nyeri pasca operasi yang lebih ringan dan waktu pemulihan yang lebih singkat.

Prosedur operasi rekonstruksi ACL diawali dengan pemberian obat anestesi. Saat pasien sudah rileks karena efek obat anestesi, dokter akan kembali melakukan pemeriksaan fisik pada lutut untuk memastikan bahwa memang ada robekan pada ACL dan untuk melihat kondisi ligamen lutut lain. Bila hasil pemeriksaan ini menunjukkan adanya robekan ACL, dokter akan mengambil donor jaringan yang sesuai dan menyiapkan donor jaringan tersebut agar ukurannya sesuai untuk pasien.

Bila donor jaringan sudah siap, dokter akan membuat sayatan kecil di kulit (1 cm) sebagai portal tempat masuknya arthroscope dan alat-alat lainnya. Dengan arthroscope, dokter akan memeriksa kondisi dalam sendi lutut dan mengambil sisa ACL yang robek. Kemudian, donor jaringan dimasukkan ke dalam lutut melalui terowongan yang dibuat melalui tulang kering dan tulang paha. Setelah donor jaringan berhasil menempati posisi yang sesuai, dilakukan fiksasi donor jaringan ke tulang.

Sebelum operasi selesai, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa lutut yang dioperasi memiliki rentang gerak sempurna dan stabil. Setelah itu, sayatan kulit akan ditutup dan pasien biasanya dapat pulang di hari yang sama dengan hari operasi itu juga.

Hasil operasi

Hampir semua operasi rekonstruksi ACL memberikan hasil yang baik. Tindakan operasi ini dapat mengembalikan kekuatan dan fungsi sendi lutut seperti sebelum terjadi cidera. Biasanya, seorang atlet dapat kembali ke aktivitas olah raganya dalam 6-12 bulan pasca operasi, tergantung jenis olah raganya dan kepatuhan atlet terhadap program rehabilitasi.

Kontributor :

dr. Luthfi Hidayat, Sp.OT (K) – Hip Knee

KSM Orthopedi RSUP Dr. Sardjito

Author Info

Tim Kerja Hukum & Humas

Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

No Comments

Comments are closed.